Usung Tema “Moving Forward With Jesus”, STT Samuel Elisabeth Gelar Acara Wisuda Ke-13 Di Hotel Acacia, Jakarta Pusat

News, PENDIDIKAN1203 Views

Victoriousnews.com,- Mengusung tema “Moving Forward With Jesus”, (Yesaya 40:29), Sekolah Tinggi Teologi (STT) Samuel Elisabeth menggelar acara wisuda ke-13  lulusan Sarjana (S.Th & S.Pdk) di Hotel Acacia, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Sabtu, (24/8/24). Para  mahasiswa yang diwisuda berjumlah 10 orang; 7 orang  hadir secara on-site dan 3 orang mengikuti via daring zoom. 

Ki-ka: Pembina Yayasan STT Samuel Elisabeth Pdt. Dr John Piter Tobing, M.Mis & Istri yang juga Ketua STT Samuel Elisabeth, Dr. Sarina Tambunan, M.Mis

Tampak hadir  Pembina Yayasan, Dr. John Piter Tobing, M.Mis, Ketua STT Samuel Elisabeth, Dr. Sarina Tambunan, M.Mis, para dosen, tamu undangan,serta mahasiswa internasional dari beberapa negara. 

Para wisudawan yang hadir secara on-site di Hotel Acacia, Jakarta Pusat, Sabtu (24/8/24)

Acara wisuda ini semakin semarak karena diisi dengan sejumlah tarian Nusantara yang ditampilkan mahasiswa-wi STT Samuel Elisabeth. Secara maraton, mahasiswa-STT Elisabeth unjuk kebolehan tarian dari berbagai suku daerah di Indonesia, seperti: tarian Mentawai, Ambon, Alor, Nias maupun Batak. 

Pimpinan STT Samuel Elisabeth berpose bersama seluruh dosen pengajar

Dalam orasi Ilmiahnya, Dr. Jannes Eduard Sirait, M.Pd mengelaborasi mengenai tema “Moving Forward With Jesus” (Yesaya 40:29), ‘Dia memberi kekuatan kepada yang lelah, dan menambah semangat yang tidak berdaya’.  “Fokus orasi ilmiah ini adalah menjelaskan hasil analisis: Moving Forward With Jesus menurut  kitab Yesaya  40:29. Tujuannya adalah menunjukkan meskipun menghadapi kesulitan, tantangan, persoalan dan penghiburan Allah di tengah perjalanan iman,” ungkap Jannes Sirait mengawali orasinya.

Mahasiswa STT Samuel Elisabeth yang unjuk kebolehan tarian nusantara

Menurut Jannes, arti dan makna Moving Forward With Jesus adalah; sebagai hamba Tuhan & umat Kristen, kita harus memiliki komitmen dan berkelanjutan. “Selain itu, kita juga harus mencerminkan dedikasi dan memiliki konsep keteguhan hati dalam melayani Tuhan,” tandas Jannes. 

 Lanjut Jannes, bahwa Allah menyatakan kasih dan kuasa- Nya kepada umat-Nya yang dalam kesusahan, dan mempersiapkan untuk masa depan yang penuh berkat. “Tidak ada berita yang lebih menghibur selain kedatangan Penebus, yaitu Anak Domba Allah dan Gembala yang Baik. Memberi pertolongan kepada yang rendah hati dan setia bergantung atau berharap kepada-Nya,” urainya. 

Jannes mengatakan, dalam kitab Yesaya, ada sebuah pesan penting, bahwaYesus adalah gembala yang baik. Jadi tugas kita saat ini adalah merawat domba-domba. “Pesan saya, para hamba Tuhan, lulusan STT Samuel Elisabeth, jangan hanya berdoa agar mendapat domba yang gemuk,” ungkapnya.   

Dr. Jannes Eduard Sirait ketika menyampaikan orasi ilmiah

Di satu sisi, Jannes juga mengkritisi tak sedikit orang tua yang mengirimkan anak-anak yang nakal untuk masuk sekolah teologi. Dengan harapan, anaknya bisa berubah dan bertobat. “Faktanya banyak orang tua yang justru kirim anaknya yang nakal ke STT. Memang STT itu bengkelnya otak, bengkelnya moral, serta bengkelnya karakter. Dan kita doakan agar lulusan STT Samuel Elisabeth ini menjadi hamba Tuhan luar biasa dan memiliki integritas tinggi dalam melayani Tuhan. Pasti ada tantangan, seperti  dalam kitab 24:10-11. Tetapi para mahasiswa tidak boleh lemah. Bersama Yesus, kita akan semakin besar meskipun di tengah tekanan,’ tukas Jannes. 

Jannes juga menegaskan bahwa dalam melayani Tuhan, kita harus menjunjung tinggi integritas. Setidaknya kita memiliki pola potensi diri 3H + 1 S (Head, Heart, Hand & Spiritual).  “Sebagai umat Tuhan, kita juga harus memiliki 4B+ 1 M (Bertuhan/Martuhan, Berpikir/Marroha, Berakal/Marbisuk, Beretika/Santun serta Melayani/Mangula), “ tutur Janes.

Di akhir orasinya, Jannes menyimpulkan, bahwa, kitab Yesaya  berbicara tentang penghiburan dan harapan bagi umat Allah. “Tuhan akan datang dengan kuasa-Nya meninggikan yang rendah dan merendahkan yang tinggi. Dialah Tuhan yang kekal dan kuasa-Nya tidak ada yang dapat menandingi-Nya. Bagi orang-orang yang menantikan Tuhan, Dia akan memberikan kekuatan baru dan mereka akan terbang dengan sayap seperti rajawali,” pungkasnya. 

Pembina Yayasan STT, Pdt Dr. John Piter Tobing, M.Mis, dalam kata sambutannya,menjelaskan,bahwa, Wisuda STT Samuel Elisabeth ke 13 tersebut,  setidaknya 90 persen mahasiswa-wi berasal dari beberapa daerah di Indonesia. “Saya bersyukur, para dosen dengan gigih mendidik  mahasiswa hingga berhasil sampai saat ini,” tukas Pdt John.

John  menjelaskan sekiilas perjalanan STT sampai saat ini. “STT Samuel Elisabeth ini berdiri tahun 2008. Kemudian pada tahun 2010 gedung kami digusur, dan dirubuhkan. Tetapi STT Samuel Elisabeth tidak kendor dan terus maju. Itu semua karena dukungan para dosen serta  serta para donatur yang setia. Hingga akhirnya kami dapat mendirikan dan mengembangkan sekolah mulai dari TK-SMP-SMA di desa Gulo Maluku Utara. Karena itu, kami rindu  lulusan STT Samuel Elisabeth  boleh berkarya sampai ke desa-desa,” ungkap John Piter.

John juga mengingatkan kepada para wisudawan, bahwa wisuda itu bukan akhir dari sebuah perjalanan, melainkan ini merupakan titik  awal dalam melayani Tuhan. “Kami tidak bisa berjalan sendiri. kami butuh dukungan. Makanya, kami juga bekerjasama dengan Mahasiswa dari beberapa negara. Puji Tuhan saat ini juga bisa bersama-sama dalam acara wisuda ini,” paparnya. 

Senada dengan Pembina Yayasan, Ketua STT Samuel Elisabeth, Dr Sarina Tambunan, S.Pd, M.Mis, merasa bersyukur, kalau STT ini masih eksis, semua itu karena anugerah Tuhan. “Saya menyadari tanpa  bantuan Bapak/Ibu dosen, kita tidak jadi apa-apa. Karena kalau kita lihat sejarahnya, tidak mungkin bisa berjalan. Semua itu kami lalui bersama dengan Tuhan. Kami melihat kuasa Tuhan yang luar biasa. Mari kita melayani Tuhan dalam kondisi apapun. Jangan pernah menyerah, karena banyak tantangan. Hati  dan roh kita harus terus  menyala-nyala untuk melayani. Tetap setia melayani. Karena kita tahu ada jiwa-jiwa yang perlu ditolong,” ungkap Dr. Sarina.

Sarina berpesan kepada para mahasiswa,  apapun yang terjadi, maka layanilah Tuhan dengan baik. “Dan tetap berkarakter baik, jadi berkat, teladan, taat, jangan jadi batu sandungan. Sungguh-sungguh menjadi hamba Tuhan yang berkarakter Kristus. Agar dapat membangun bangsa, keluarga, serta komunitas dengan cara yang benar. Sehingga berdampak dan menjadi berkat. Dimanapun berada senantiasa menjadi teladan,” pungkasnya. SM