Tony Melendez; GITARIS TANPA LENGAN, YANG MEMULIAKAN TUHAN DARI KEKURANGANNYA!

 

Tony Melendez adalah sang Misionaris yang mewartakan musik dengan kaki, inilah julukan yang pantas untuk seorang Tony Melendez yang memiliki kekuatan Iman, yang mungkin tidak kita miliki. Tony dilahirkan tanpa tangan karena ibunya mengkonsumsi obat anti mual Thalidomide selama masa hamil Tony. Dia kemudian dibawa ke Los Angeles dari Nikaragua untuk dipasang tangan palsu. Tony memakai tangan palsu sampai berumur 10 tahun, setelah itu dia tidak mau memakainya lagi. Dia mengatakan : “Aku merasa tidak nyaman memakai tangan palsu, aku bisa memakai kakiku untuk sesuatu yang lebih banyak lagi. Kecakapannya menggunakan kakinya semakin meluas pada semua hal. Kata Tony ; “Aku ingat hal pertama yang kupelajari adalah memainkan organ. Kemudian di sekolah menengah atas aku mulai bermain gitar dan harmonika”. Dia juga mulai menulis lagu sendiri. Sekalipun Tony berkecimpung di dunia musik dan belajar di sekolah normal, Tony tidak menjadikan ketidaksempurnaannya menjadi hambatan buat dia. “Aku sangat menikmati hal-hal apapun yang bisa kukerjakan,” katanya.

Tanggal 15 September 1987 adalah saat saat yang tak terlupakan, ketika Tony Melendez bermain gitar untuk Paus Paulus Yohanes II di Los Angeles.  Dilahirkan tanpa lengan, Tony menampilkan sebuah lagu yang sangat menyentuh berjudul “Never Be The Same”. Ketika Paus mendekati dan menciumnya dengan penuh perasaan, saat itu paus seperti mewakili perasaan semua orang di seluruh negeri.

“Never Be The Same” adalah lagu yang tepat yang menggambarkan momen-momen yang merubah kehidupan Tony Melendez dan menjadikannya seorang gitaris yang menarik perhatian negerinya. Lagu itu sangat cocok menceritakan seorang laki laki yang menghabiskan hidupnya dengan yakin di atas ketidaksempurnaannya. “Di hari kelahiranku, ibuku tak sadar kalau aku tak punya tangan. Saudara-saudaraku segera menjauhkanku dari ibuku. Dokter yang menangani adalah adik nenekku. Saat itu aku diperlihatkan pada ibuku dengan masih tetap diselimuti tapi ibuku tak boleh lama-lama memelukku. Sampai akhirnya ibu memaksa. ‘Berikan putraku, aku ingin melihatnya, ada apa? Ada apa?’ suara ibu setengah berteriak. Mereka membawaku ke kamar dalam keadaan masih terbungkus selimut. Dan untuk pertama kalinya ibu melihatku, tanpa tangan,” kisah Tony

“Apa yang terjadi? Air mata mengalir dari matanya. Saat itu, nenekku masuk ke kamar memegang dan mengguncang pundak ibuku, ‘Ini putramu. Kasihi dan ajari dia. Biarkan ia tumbuh dewasa,”‘ kenang Tony penuh haru.

Ketika Tony mulai tumbuh besar, ibunya mengatakan kalimat sederhana namun penuh makna, “Tuhan menciptakanmu seperti ini, kau harus menerimanya.” Tony sadar betul, ia memang berbeda. Tak punya tangan, jari dan lengan. Penyebab kecacatan Tony adalah obat polithemaid, pereda mual yang diminum ibunya saat sedang mengandung. Mereka tak tahu kalau obat ini akan berdampak buruk. Dari keadaan yang dialaminya terciptalah lagu berjudul You Are His Miracle.

Diperlakukan seperti orang normal

Meski terlahir tak sempurna, kedua orangtua Tony memperlakukannya seperti anak yang lain. “Kulakukan semua dengan kakiku. Aku bisa menulis, memegang pisau dan memotong tomat. Ayahku biasanya bilang, ‘Biarkan Tony melakukannya saat ibu ingin membantuku,”‘ jelas Tony yang memoles bakat musiknya di gereja dan sebuah SMA di Chino, 64 km di timur Los Angeles.

Saat Tony masih sangat kecil, ayahnya, kelahiran El Savador, kerap menyuruhnya menyanyi dan menari dengan diiringi gitar sang ayah. Nampaknya di situlah ketertarikan Tony terhadap gitar mulai muncul. “Latihan musikku adalah melihat ayah main gitar gaya klasik Spanyol. Aku lalu berlatih. Umur 16 tahun akhirnya aku bisa main gitar, ayah pun bangga,”‘ tutur Tony.

Dua saudaranya, Jose dan Mary, mengakui Tony sangat mandiri, seperti orang normal. Ia tak banyak butuh bantuan kecuali hal yang sangat memerlukan ‘tangan orang lain’ seperti mengancingkan baju atau menutup resleting. Keluarga Tony tiba di Los Angeles 1963 setelah menempuh perjalanan bermobil dari Nikaragua, negara asal ibu Tony. Mereka mengurus perawatan medis bagi Tony di RS Ortopedi, LA, karena Tony tak bisa jalan.

Menjadi Suami  & Ayah

Tak terbayang oleh Tony, ia menikah dengan seorang wanita yang amat mencintai dan menghormatinya, Lynn. Ketika janji nikah diucapkan, mata Tony berkaca-kaca. Ia menatap dalam-dalam mata Lynn. Karena tanpa tangan, Lynn memakaikan kalung di leher Tony dengan ‘liontin’ cincin pernikahan. Mereka sepakat menjadi satu dalam berkat Allah.

Satu setengah tahun menikah, mereka belum juga dikaruniai anak. Mereka pergi ke rumah yatim piatu di El Savador. Banyak perjuangan, kepedihan dan tangisan dan juga memeriksakan diri, kami melihat apakah ada anak yang terabaikan. Satu tahun kemudian kami mengadopsi Marissa,” tutur Tony. Menjadi ayah sangat menyenangkan, tambah Tony. Meski Tony tak dapat memeluk Marissa, ia dapat mengungkapkan kasih seorang ayah terhadap anaknya. Ia masih bisa menggendongnya! Marisa pun seolah mengerti betul keadaan Tony, dengan tangan mungilnya ia bergelayut di punggung ayahnya. Setahun setelah konser, Tony dan Lynn mengadopsi anak kedua, Andreas dari Nikaragua.

Berkat Tuhan mengalir dalam diri Tony sehingga bisa berkeliling dunia, memberi harapan pada banyak orang. Ia tampil di berbagai acara TV di Amerika, termasuk Good Morning America. Tony memang pantas mendapat penghargaan Inspirational Hero Award dari NFL Alumni Association di Miami dan Branson untuk kategori Best New Artist 1999. Ia misionaris yang mewartakan dengan musik di kakinya memberi pengharapan. ‘Ulurkan tangan, sentuh dengan tanganmu …. Jadikan dunia ini tempat yang lebih baik’.

Leave a Reply