Galeri Bali Abode, A Love Letter bagian dari United in Diversity (UID Campus) di Kura Kura Bali

Nasional, News, Wisata1396 Views

BALI – Galeri Bali Abode resmi dibuka pada 14 November 2022 berlokasi di Kura Kura Bali, Pulau Serangan – Bali. Piktogram payung melambangkan atap rumah dari Bali Abode yang artinya Rumah Bali. Piktogram dua karakter laki- laki dan perempuan mewakili dua insan yang saling mencintai, bersama mengarungi kehidupan penuh tantangan dan wawasan baru untuk mencapai suatu keselarasan, seperti pesan yang tersurat dalam surat cinta untuk Bali.

Bali Abode merupakan sebuah galeri budaya Bali yang dibangun sebagai ungkapan rasa cinta, dedikasi, dan antusiasme kami terhadap perjalanan budaya Bali seperti layaknya sebuah surat cinta untuk Bali, khususnya untuk para generasi muda. Galeri ini sarat dengan berbagai cerita yang divisualkan dengan elemen grafis menarik dan dinamis serta disajikannya beragam kumpulan artefak sebagai pengingat tingginya peradaban Bali. Galeri ini diharapkan dapat menggugah generasi muda untuk tetap bangga akan sejarah dan warisan budaya bangsanya dan memberikan inspirasi untuk terus berkreasi.

Galeri ini dibangun di Kura Kura Bali yang berlokasi di Pulau Serangan, tempat ditemukannya jejak Dang Hyang Nirartha, seorang pendeta muda Majapahit yang sempat berkunjung ke Serangan. Nirartha kagum akan keindahan pulau ini dan membangun sebuah pura suci di tengah laut yang kini dikenal dengan pura Sakenan.

Sementara itu, jauh di tengah perbukitan Kauh dan Kangin di daerah Manggis, Karangasem, masih terdapat sebuah desa bernama Tenganan Pegeringsingan, yang masyarakatnya tetap berpegang teguh pada budaya, tradisi dan kepercayaan yang diajarkan oleh nenek moyang asli pulau Bali sebelum datangnya Majapahit. Mereka mengisolasi diri dan terus menjalankan budaya yang sama dari generasi ke generasi serta mempunyai tatanan adat yang mengatur semua kehidupan di desa tersebut sejak lama, yang disebut awig-awig. Desa ini juga terkenal dengan kain tenun ikat ganda dengan motif-motif klasik gerinsing dan kerajinan daun lontar.

Setelah Majapahit mulai hadir di Bali, hanya sebagian kecil masyarakatnya yang masih menganut Hindu Bali asli seperti di Tenganan Pegeringsingan. Sebagian besar menyambut keanekaragaman seni, budaya, tradisi, arsitektur, kepercayaan, dan ajaran agama Hindu yang diperkenalkan oleh kerajaan Majapahit. Pengaruh ini dapat dilihat, misalnya dari penggunaan batu bata terakota pada arsitektur, dekorasi bangunan, dan pura serta munculnya tradisi pemujaan air suci.

Kini, Bali merupakan wujud dari zaman kejayaan Majapahit. Warisan suci dari kerajaan tersebut terus hidup dan berevolusi dalam lingkup budaya, tradisi dan kehidupan di Bali, seperti alunan cerita sebuah perjalanan kehidupan yang diilustrasikan dalam paparan surat cinta di Bali Abode.

Comment