Victoriousnews.com,-Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia yang digelar di Hotel St.Regis, Jakarta, pada hari Sabtu (14/9/24) masih menyisakan polemik di kalangan pebisnis tahah air. Pasalnya, dalam Munaslub tersebut, terpilih secara aklamasi Anindya Novyan Bakrie sebagai Ketum KADIN periode 2024-2029, yang dinilai banyak kalangan merupakan tragedi “kudeta” kepemimpinan Ketum Arsjad Rasjid.
Menanggapi persoalan yang menghantam tubuh KADIN, pengusaha sukses Dr. John N Palinggi,MM.,MBA mengaku sedih dan prihatin menyaksikan kondisi kepengurusan organisasi yang terus terjadi berulang-ulang. “Saya ingatkan bahwa dunia usaha akan menilai peran organisasi ini tidak hanya dari sudut pandang internal. Tetapi juga dari pengusaha yang berada di luar struktur KADIN. Oleh karena itu, penting bagi KADIN agar tidak mengecewakan atau menghambat investasi asing. Sebab hal itu dapat memicu merugikan negara dalam meningkatkan daya saingnya. Apalagi, menjelang transisi kepemimpinan dari Presiden Jokowi ke Prabowo Subianto, menjaga iklim investasi yang kondusif menjadi sangat krusial agar Indonesia tidak mengalami penurunan kemampuan dalam menarik dan mempertahankan investasi,” ujar Ketua Umum DPP Asosiasi Rekanan Pengadaan Barang & Distributor Indonesia (ARDIN).
Sebagai tokoh senior dalam tubuh KADIN, John membeberkan fakta, bahwa, pasca berakhirnya era kepemimpinan Letkol Purn Masagus Nur Hasjim Ning atau Hasjim Ning dan Sukamdani Sahid Gitosardjono menjadi Ketum KADIN, organisasi ini sudah mulai tergoyang oleh berbagai kepentingan pribadi dari oknum-oknum tertentu. “Banyak individu-individu dengan rekam jejak yang tidak bersih mulai menampilkan diri seolah-olah layak memimpin KADIN. Bahkan KADIN itu rusak karena dihuni oleh orang-orang yang memang ingin menjadikan KADIN sebagai alat untuk mencari proyek menjadi fasilitas mengambil uang di bank tetapi kredit macet nggak dibayar-bayar. Mereka susah disentuh karena dianggap organisasi milik pemerintah padahal pada pasal 4 jelas disebut bukan milik pemerintah,” tukas John yang juga mantan Dewan Analisis dan Strategis sekaligus pengajar intelijen di Badan Intelijen Negara (BIN).
Lebih lanjut, John menilai, perpecahan dalam tubuh KADIN karena dirusak oleh orang-orang yang memanfaatkan posisinya untuk memperkaya diri. Bahkan merusak fungsi organisasi yang seharusnya independen, dan bukan menjadi bagian dari pemerintah atau partai politik. Akibatnya, banyak pengusaha profesional, terutama dari kalangan Tionghoa, enggan terlibat karena melihat potensi bahaya dan intrik politik di dalamnya. “KADIN juga gagal menjaga hubungan yang baik antara pekerja dan pengusaha. Hal ini yang memperburuk citra organisasi di mata dunia usaha, baik dalam maupun luar negeri. Kemunduran KADIN juga disebabkan oleh penyimpangan dari tujuan utamanya, kepentingan politik, serta pengabaian terhadap tanggung jawabnya sebagai wadah komunikasi dan konsultasi pengusaha,”kritik pengusaha sukses yang memperoleh APEC Business Travel Card bebas visa 19 negara Asia Pasifik sejak 2001 sampai sekarang.
John memaparkan ada 10 tugas dan fungsi KADIN sesuai amanat dalam UU Nomor 1 Tahun 1987, ternyata tidak dijalankan dengan baik. 10 tugas & fungsi KADIN tersebut adalah: Pertama, Penyebarluasan informasi, terutama terkait kebijakan pemerintah di bidang ekonomi. Kedua, Penyampaian informasi terkait permasalahan dan perkembangan perekonomian dunia. Ketiga, Penyaluran aspirasi kepentingan pengusaha/ekonomi. Keempat, Penyelenggaraan pendidikan dan latihan dan membuat pengusaha makin berdaya. Kelima, Penyelenggaraan dan peningkatan hubungan kerja sama industri dan ekonomi. Keenam, Berupaya memelihara kerukunan usaha negara, swasta, dan koperasi, sehingga tercipta pemerataan kesempatan berusaha. Ketujuh, Peningkatan hubungan kerja sama pengusaha Indonesia dengan pengusaha luar negeri. Kedelapan,Mendukung dan melakukan promosi usaha baik di dalam maupun luar negeri. Kesembilan, Pembinaan hubungan yang serasi antara pekerja dengan pengusaha. Kesepuluh, Berupaya melestarikan alam dan mencegah kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup. “Dari 10 tugas dan fungsi KADIN, tak satupun yang dijalankan,” tukas John yang dianugerahi gelar Gusti Kanjeng Pangeran Wiryonegoro dari Kerajaan Majapahit Mataram, Agustus 2024.
Sejarah KADIN didirikan 3 Organisasi Pengusaha
Menurut John, berdirinya KADIN Indonesia itu merupakan andil dari 3 organisasi gabungan pengusaha. Diantaranya yang berperan menjadi pendiri utama KADIN adalah Asosiasi Rekanan Pengadaan Barang dan Distributor Indonesia (ARDIN), Ikatan Konsultan Indonesia (INKINDO), dan Gabungan Pengusaha Konstruksi Indonesia (GAPENSI). ‘Ketiga organisasi ini diakui oleh pemerintah dan diberikan peran yang sangat penting dalam pengembangan ekonomi,” ungkap John yang pernah menjabat Ketua KADIN Kota Madya Samarinda (1975), Mantan Ketua KADIN Provinsi Kalimantan Timur (1981), serta menjadi Wakil Ketua Dewan Penasihat KADIN Jakarta 2019-2024.
Sebagai pengusaha senior KADIN, John menceritakan peristiwa bersejarah yang terjadi dalam Musyarawah Nasional KADIN di hotel Bali Beach pada tahun 1979. “Pada waktu itu saya melihat langsung, pertarungan dua tokoh pengusaha besar, yaitu Hasjim Ning dan Suwanto Sukendar. Saya juga ketemu dengan beberapa tokoh penting, seperti Jenderal Purn TNI Soemitro dan Ibu Kemala Motik. Suasananya cukup panas dan terjadi ketegangan dalam Munas itu. Bahkan Kemala Motik sempat mengambil sepatunya, gebrak meja, dan bilang, Kalau kalian laki-laki tidak bisa memimpin, saya yang akan memimpin!. Dia sambil pukul meja dengan sepatunya,” tutur John yang juga Ketua Harian Badan Interaksi Sosial Masyarakat (BISMA).
Melihat situasi semacam itu, John yang saat itu bekerja di sebuah perusahaan dan memiliki pengaruh besar di Jakarta melaporkan kejadian tersebut kepada Presiden kedua RI, yakni Soeharto. “Pak Harto kemudian memanggil Wapres Adam Malik dan memberinya surat dalam amplop. Kemudian bersama Pak Adam Malik, saya berangkat kembali dan bertemu dengan Suwanto Sukendar, yang langsung menerima instruksi dari Presiden Suharto untuk memberikan kesempatan kepada Hasjim Ning memimpin. Akhirnya situasi MUNAS KADIN di Bali Beach berubah. Seluruh pengusaha yang semula menentang, mengundurkan diri,” ungkap John sembari menambahkan dalam MUNAS KADIN tahun 1983 di Hotel Horizon Ancol, ada 2 tokoh besar, yakni Probosutedjo dan Sukamdani Gito Sarjono.
Setelah era kepemimpinan dua tokoh besar ini, lanjut John, KADIN mulai kehilangan arah. Kepentingan pribadi, oknum-oknum tertentu, dan bahkan orang-orang yang tidak layak mulai bermunculan, seolah-olah mereka ingin memimpin KADN tanpa mempertimbangkan integritas organisasi. “KADIN itu harus menyelesaikan persoalannya sendiri. Jangan bergantung kepada pemerintah,” papar John yang juga Tenaga Ahli Pengajar Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas).
Pengusaha Harus Punya Prinsip 1000 Teman Masih Kurang, 1 Musuh Terlalu Banyak
Prinsip hidup bahwa “1000 teman masih kurang, satu musuh terlalu banyak” ini menjadi pedoman John dalam memimpin sebuah perusahaan. “Jangan cari musuh dalam dunia usaha. Jika kita bermusuhan, maka kita akan gagal semuanya. Dalam dunia usaha, 1000 teman masih kurang, satu musuh terlalu banyak itu memiliki makna yang dalam. Kalau kita minum air, tahu sumbernya dipelihara supaya tetap mengalir. Tetapi ketika semua dirusak, maka akan terjadi kegagalan. Kita harus pandai berterima kasih kepada orang lain. Ciptakan prinsip-prinsip bisnis yang sehat. Saya bersyukur sampai saat ini saya masih sehat,” ujar Pria kelahiran 1 Juni, bertepatan dengan hari lahirnya Pancasila. SM