Perayaan Paskah STTII Jakarta & Grand Opening KMP: Bangkitlah, Sembahlah dan Pergilah Beritakan Injil !

banner 468x60

Jakarta,Victoriousnews.com– Keluarga Besar Sekolah Tinggi Teologi Injil (STTII) Jakarta menggelar perayaan Paskah yang dirangkai dengan Grand Opening Kursus Musik Praktis (KMP), pada Senin, 21 April 2025. Perayaan ini berlangsung khidmat dan penuh sukacita di Ruang Chapel, Lantai 2 Kampus STTII Jakarta, Jalan Lapangan Bola No. 34i, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Suasana ibadah perayaan Paskah STTII Jakarta, Seniin (21/4/25)

Acara ini tidak hanya dihadiri oleh para mahasiswa dan dosen pengajar, namun juga dihadiri  sejumlah hamba Tuhan dari berbagai denominasi gereja. Persembahan pujian Vocal Group (VG) Mahasiswa STTII, penampilan penuh semangat dari Dancer GBI RMK, kesaksian murid-murid KMP,  serta pengundian doorprize turut memeriahkan  perayaan Paskah.

Persembahan Pujian dari Mahasiswa-wi STTII Jakarta dalam perayaan Paskah yang dirangkai dengan Grand Opening KMP

Dibuka dengan pujian dan penyembahan yang membawa suasana hati kepada kehadiran Ilahi, perayaan Paskah ini mempercayakan Pdt. Dr. Markus A. Simanjuntak, M.Th — dosen tetap STTII Jakarta — sebagai pembicara utama. Dalam khotbahnya yang berangkat dari Matius 28:16-20, Pdt. Markus mengangkat perikop “Perintah untuk Memberitakan Injil” sebagai panggilan rohani yang membara dari kebangkitan Kristus.

Pembicara Paskah STTII Jakarta, Pdt. Dr. Markus A Simanjuntak, M.Th

“Kebangkitan Kristus menyalakan penyembahan sejati, mengalir dalam misi global di bawah otoritas-Nya yang sempurna,” ungkap Pdt. Markus dengan penuh keyakinan. Ia menekankan bahwa penyembahan sejati adalah pengakuan akan keilahian Yesus, bukan sekadar ritual atau nyanyian, melainkan kehidupan intim yang lahir dari relasi mendalam dengan Tuhan.

Dalam refleksi mendalamnya, Pdt. Markus menyoroti bahwa keraguan para murid bukanlah pertanda lemahnya iman, melainkan bukti radikal bahwa kebangkitan sungguh menantang pemahaman manusia. “Penyembahan di tengah keraguan menunjukkan iman otentik yang memeluk misteri dengan kerendahan hati,” tegasnya. “Tanpa kebangkitan, tidak ada kekristenan. Karena jika Yesus tidak bangkit, maka tidak ada jaminan keselamatan menuju Sorga.”

Lebih lanjut, Markus menyampaikan bahwa otoritas Kristus adalah dasar dari misi penginjilan yang agung. “Kita diutus bukan oleh kekuatan manusia ataupun lembaga, tetapi oleh otoritas Kristus sendiri yang bersifat kosmik dan abadi,” katanya. Gereja, lanjut Pdt. Markus, bukan pemilik misi, melainkan alat di tangan Allah yang memiliki misi-Nya sendiri.

Mengutip hasil survei, Pdt. Markus mengungkapkan bahwa 86 persen pertumbuhan gereja secara global ditopang oleh misi yang lahir dari penyembahan yang mendalam. “Gereja yang tidak bermisi hanyalah penyelenggara ibadah. Tapi gereja yang berakar dalam Kristus akan bertahan bahkan dalam penganiayaan sekalipun.”

Sebagai penutup, Pdt. Markus mengajak seluruh hadirin untuk merespons panggilan Ilahi dengan dua langkah sederhana namun bermakna dalam: “Mari kita praktekkan penyembahan yang transformatif, dan mari kita selaraskan teologi kita dengan misi. Bangkitlah, sembahlah, dan pergilah beritakan Injil”

STTII Jakarta Tetap  Komitmen Laksanakan Amanat Agung 

Sekretaris Senat Perguruan Tinggi STTII, Pdt. Dr. Markus Simanjuntak, M.Th, menegaskan, bahwa Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia (STTII) Jakarta tetap berkomitmen untuk  berada di jalur pelaksanaan Amanat Agung, yakni menjadikan semua bangsa murid Kristus.

Pdt. Markus menyampaikan bahwa di tengah berbagai tantangan gereja masa kini, termasuk meningkatnya kasus pindah agama atau murtad, STTII tetap konsisten menjawab panggilan Tuhan untuk menjadikan murid. “Menjadikan murid bukan sekadar program gereja, melainkan sebuah proses yang terus berjalan (on-going process) dalam kehidupan pribadi, doa, penyembahan, pembacaan firman, dan keterlibatan dalam komunitas gereja,” tegasnya.

Ia menambahkan bahwa seorang murid sejati adalah pengikut Kristus yang taat kepada firman dan tunduk pada otoritas Tuhan. “Selain itu, seorang murid juga perlu hidup dalam persekutuan dengan sesama orang percaya. Karena itulah, kehadiran Kursus Musik Praktis (KMP) sangat penting,” ungkapnya.

Menurutnya, KMP dirancang untuk membantu jemaat maupun mahasiswa teologi agar tetap terhubung dengan gereja lokal. “Kami melihat ada fenomena di mana mahasiswa teologi menjadi independen dan bahkan anti gereja. Ini keliru. Justru mereka perlu didorong untuk kembali terlibat dan melayani dalam komunitas,” katanya.

Ia juga menyoroti tantangan besar dalam bidang misi di konteks urban saat ini. Banyak yang masih menganggap misi hanya sebatas lintas budaya atau lintas negara. Padahal, misi urban mencakup lintas iman, lintas komunitas, bahkan antar golongan sosial.

Salah satu tarian pengisi acara dalam perayaan Paskah STTII Jakarta

“Faktanya, hanya sedikit gereja yang sungguh-sungguh bersedia masuk dalam misi semacam ini. Fokus mereka lebih banyak pada pembangunan fasilitas, sehingga gereja menjadi seperti panggung konser—hanya untuk berkumpul, bernyanyi, lalu pulang. Tidak ada lagi daya tarik untuk menjadi penjala manusia,” pungkasnya.

KMP Sebagai Sarana Strategis Penginjilan 

Perayaan Paskah 2025 di Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia (STTII) Jakarta menjadi momen yang sangat istimewa bagi seluruh sivitas akademika. Bukan hanya memperingati kebangkitan Kristus, tetapi juga dirayakan bersamaan dengan peluncuran program baru: Kursus Musik Praktis (KMP), yang digagas untuk mendukung pelayanan gereja secara lebih holistik.

Waket 1 Bidang Akademik STTII Jakarta Pdt. Dr. Santono Sinaga, M.Th

Wakil Ketua I Bidang Akademik STTII Jakarta, Pdt. Dr. Santono Sinaga, M.Th, menyampaikan bahwa tahun ini perayaan Paskah terasa sangat spesial karena dikolaborasikan dengan peluncuran program unggulan yang telah lama digumuli. “Puji Tuhan, perayaan Paskah ini sangat spesial, karena ada satu program yang kita gumuli yaitu KMP, yang menjadi salah satu terobosan untuk memenuhi kebutuhan daripada pelayanan gereja,” ujarnya.

Menurutnya, banyak mahasiswa teologi memiliki potensi dalam bidang musik, namun belum terfasilitasi secara maksimal. Program KMP hadir untuk menjawab kebutuhan tersebut, sekaligus mempersiapkan para mahasiswa agar lebih siap pakai ketika terjun langsung ke ladang pelayanan. “Mahasiswa kita juga perlu diperlengkapi untuk bisa menjadi WL yang bagus di gereja, pemusik yang sangat menguasai bidangnya. Bukan hanya menguasai secara teologi saja, melainkan juga memberikan pelayanan di bidang musik dan penyembahan,” tegas Pdt. Santono.

STTII Jakarta sendiri telah berdiri sejak 1 Agustus 1988, dan telah mengantongi akreditasi resmi untuk program Sarjana (S1) dan Pascasarjana (S2). Untuk jenjang S2, STTII memiliki dua konsentrasi yang berjalan aktif, yakni Misiologi dan Biblika. “Puji Tuhan semua sudah terakreditasi, karena kita tahu bersama semua lembaga tinggi termasuk yang bersifat keagamaan wajib terakreditasi. Sehingga dipastikan kita memenuhi syarat dan aturan yang berlaku di dalamnya,” tambahnya.

Dengan total mahasiswa S1 dan S2 sekitar 200 orang, STTII terus berbenah untuk menjadi lembaga pendidikan yang tidak hanya kuat secara akademik, tetapi juga relevan dengan kebutuhan zaman. Hal inilah yang mendorong lahirnya program KMP, yang dirancang agar mahasiswa tidak hanya handal dalam berkhotbah atau mengajar, tetapi juga mahir dalam pelayanan musik dan pujian.

“Program ini bahkan menjadi bagian dari persyaratan kelulusan sebagai pendamping ijazah. Jadi bukan hanya gelar akademik yang dibawa, tapi juga keterampilan bermusik atau memimpin pujian yang mumpuni. Harapannya, mereka bisa langsung melayani dan memberkati gereja melalui talenta mereka,” terang Pdt. Santono.

Ia juga menambahkan bahwa KMP bisa menjadi sarana yang strategis dalam penginjilan. Musik, menurutnya, adalah alat yang sangat efektif untuk menyentuh hati banyak orang dan memberitakan kasih Tuhan. “Melalui musik, kita bisa menjangkau jiwa-jiwa dan memperluas pelayanan, baik di dalam maupun di luar gereja,” pungkas Hamba Tuhan yang melayani di Gereja Perhimpunan Injili Baptis Indonesia (GPIBI) Tangerang.

Tiga Alasan Kuat Pdt. Yusak Itong Suryana Pertahankan Kursus Musik Praktis (KMP)

 Di tengah maraknya sekolah musik yang lebih berfokus pada teori semata, Kursus Musik Praktis (KMP) hadir dengan pendekatan berbeda. Pendiri sekaligus pengajar KMP, Pdt. Dr. Yusak Itong Suryana, M.Th, menekankan pentingnya menggabungkan antara praktik musik yang benar dengan pemahaman teologis yang mendalam. Menurutnya, musik bukan hanya soal instrumen dan nada, tapi juga menjadi media yang kuat untuk menyampaikan kebenaran Firman Tuhan.

Pelopor KMP Pdt. Dr. Yusak I Suryana, M.Th

Dalam keterangannya, Pdt. Yusak mengungkapkan bahwa banyak sekolah musik saat ini hanya mengajarkan konsep tanpa aplikasi nyata. “Musik itu hanya kemasan, tapi jika dikemas dengan baik, orang non-Kristen pun bisa tertarik. Bentuknya bisa macam-macam, termasuk dalam bentuk video, tarian, hingga desain grafis yang mendukung pelayanan,” ujarnya. Ia mencontohkan STTII Jakarta yang saat ini membuka kelas Musik dan Art, yang tidak hanya mencakup instrumen, tapi juga tari, video editing, dan elemen seni lainnya.

Para pengajar KMP STTII Jakarta, didoakan sejumlah hamba Tuhan dari berbagai denominasi gereja

Pada kesempatan tersebut, Pdt. Yusak menyampaikan tiga alasan utama yang mendorongnya tetap mempertahankan KMP hingga saat ini.

1. Menjawab Kebutuhan Gereja

KMP hadir untuk merespon kebutuhan pelayanan yang nyata di berbagai gereja. “Saya membuka kelas di banyak tempat seperti Bekasi, Sunter, Kelapa Gading, hingga STTII Jakarta di Kebon Jeruk. Setiap daerah punya tantangan dan potensi berbeda. Di Kelapa Gading, saya sudah dikenal, jadi mudah membangun jaringan. Tapi di Jakarta Barat, saya masih harus mengenalkan diri kepada para hamba Tuhan setempat,” ungkapnya.

2.Bentuk Protes terhadap Ketidaktepatan dalam Memimpin Pujian

Alasan kedua, muncul dari keprihatinannya terhadap Worship Leader yang kerap salah menyanyikan lagu rohani ciptaan orang lain. “Saya akhirnya membuat buku lagu rohani yang sudah sampai 23 judul. Itu sebagai bentuk protes saya karena tidak bisa langsung menegur. Dengan buku ini, minimal mereka bisa menyalin dan menyanyikan lagu dengan benar. Kita harus hargai pencipta lagu,” katanya.

3. Ingin Membagikan Talenta Mengajar Musik

Alasan ketiga, lanjutnya, adalah kerinduannya untuk membagikan talenta dalam mengajar musik. KMP tidak hanya mengajarkan vokal dan instrumen utama seperti keyboard, bass, dan drum, tetapi juga seni tambahan seperti gitar akustik dan listrik, paduan suara, hingga desain grafis dan tari modern. “Di STTII Jakarta, kami punya banyak instruktur yang saling melengkapi. Bahkan untuk vokal, kami sediakan kelas privat dan semi privat yang terjangkau,” terang Pdt. Yusak.

Menurutnya, seni tari juga terus berkembang mengikuti zaman. Jika dulu tari ibadah menggunakan tamborin, kini sudah bisa dengan gaya modern tanpa alat khusus. “Kita harus adaptif, jangan tertinggal zaman,” tambah Pdt. Yusak yang kini memiliki ratusan murid yang sudah mahir dan melayani di berbagai denominasi gereja.

Pdt. Yusak mengakui, memang tak sedikit murid KMP yang kini melayani sebagai musisi di dalam maupun luar negeri. Ia  menyebutkan bahwa hal itu terjadi karena jejaring KMP yang tersebar luas, termasuk lewat gereja-gereja yang dulu membuka kelas bersama dirinya.

Ketika ditanya apakah semua orang bisa belajar musik, Pdt. Yusak menegaskan bahwa musik bisa dipelajari siapa saja, meskipun tanpa bakat alami. “Kalau alat musik, bisa dipelajari. Tapi kalau vokal, kalau memang dari awal fals, agak sulit dilatih. Tapi semua bisa berkembang kalau mau belajar,” katanya.

Menutup perbincangan, ia menyampaikan filosofi di balik KMP. “KMP ini seperti pendamping gereja. Mahasiswa STTII yang kami latih bisa melayani di berbagai gereja lintas denominasi. Kalau pelayanan dibekali teologi yang kuat dan musik yang baik, itu jadi senjata ampuh bagi kerajaan Allah. Musik memang bukan alat pertobatan, tapi bisa menjadi kemasan yang membuat Firman Tuhan lebih mudah diterima,” pungkasnya.

Grand Opening KMP ini menjadi salah satu langkah nyata STTII Jakarta dalam mendukung gereja-gereja lokal untuk memperlengkapi jemaat dalam pelayanan, serta menjembatani antara pendidikan teologi dan praktik pelayanan yang kontekstual dan relevan.SM

Untuk informasi lebih lanjut, bisa menghubungi nomor HP di bawah ini:

STTII Jakarta: 081219736654

KMP:  081908116111

banner 300x250

Related posts

banner 468x60