JAKARTA,Victoriousnews.com– Persidangan Sinode Perdana Gereja Bethel Injili Nusantara (GBIN) yang digelar selama tiga hari, 17–19 Juni 2025, di Menara Peninsula Hotel, Jakarta, berlangsung dengan penuh semangat dan kesatuan visi dari seluruh peserta. Sidang ini menjadi tonggak sejarah bagi GBIN dalam menata arah pelayanan, memperkuat struktur organisasi, dan memperlengkapi para pelayan Tuhan secara rohani dan wawasan pelayanan.
Ketua Umum Sinode GBIN, Pdt. Dr. Melianus Kakiay, M.Th., atau yang akrab disapa Pdt. Ferry, menegaskan bahwa persidangan perdana ini memiliki beberapa agenda penting. “Kita mendengarkan laporan-laporan pelayanan dari daerah, mengesahkan Tata Gereja GBIN, menyusun program kerja dan anggaran lewat sidang komisi, serta mengadakan pembekalan rohani melalui seminar dan dialog,” ungkapnya.

Dalam semangat inklusif dan kesetaraan, seluruh hamba Tuhan yang tergabung dalam GBIN diberikan kesempatan penuh untuk terlibat dalam persidangan. “Kita tidak membeda-bedakan. Semua boleh bersuara dan berkontribusi. Tata gereja kita fleksibel, bukan untuk menghambat, melainkan untuk mendukung pelayanan agar berjalan baik dan terbuka bagi siapa pun yang rindu melayani,” jelasnya.
Salah satu hal menarik dalam sidang ini adalah sesi berbagi pengalaman dari para hamba Tuhan mengenai tantangan pelayanan di lapangan. “Sharing ini penting agar kita bisa merespons lewat program-program konkret ke depan,” tambah Pdt. Ferry.
Terkait isu pemilihan Ketua Umum, Pdt. Ferry menjelaskan bahwa sidang perdana ini belum membahas hal tersebut secara formal. “Fokus utama kita sekarang adalah menata pondasi organisasi. Pemilihan Ketua Umum bisa saja dibahas, tetapi semua tergantung dinamika sidang. Bisa juga diputuskan secara aklamasi,” ujarnya, seraya menyebut bahwa Sidang Sinode GBIN ditetapkan akan digelar setiap empat tahun sekali.
Teladani Ajaran Om Ho; Keserhanaan, Kebapaan & Semangat Penginjilan
Sebagai Gembala GBIN Kapernaum Jakarta, Pdt. Ferry menegaskan bahwa karakter kepemimpinan yang diterapkan GBIN mewarisi nilai-nilai dari pendiri GBI, Pdt. HL Senduk (Om Ho). “Beliau mengajarkan kesederhanaan, semangat penginjilan yang kuat, dan karakter kebapaan yang merangkul semua orang tanpa membedakan latar belakang,” tegasnya.
Senada dengan Ketua Umum, Ketua Panitia Sidang Sinode, Pdt. Kol TNI (Purn) Dr. Robert H. Pandiangan menjelaskan bahwa seluruh peserta wajib mengikuti pembekalan yang telah disiapkan panitia. Tema besar yang diangkat adalah “Melayani Terus Sampai Tuhan Datang.”
Di hari kedua, dua seminar utama disampaikan: Seminar pertama mengenai “Pentingnya Memahami HAM dalam Bergereja” oleh Saurlin Siagian, S.Sos., MA, dan seminar kedua bertajuk “Banyak yang Dipanggil, Sedikit yang Terpilih” oleh Rec. Dr. Wilson Ng dari Malaysia. “Pembekalan ini penting agar wawasan hamba-hamba Tuhan bertambah, khususnya saat mereka menginjil ke daerah-daerah yang penuh tantangan,” jelas Pdt. Pandiangan.
Sidang komisi yang dibentuk juga membahas enam pokok visi dan misi GBIN, yang terbagi dalam dua kelompok utama: visi/misi 1–3 fokus pada program dan anggaran, sedangkan visi/misi 4–6 mengulas struktur organisasi dan aspek profesi pelayanan, termasuk program advokasi guna mendukung kemudahan pelayanan Injil di berbagai daerah.
Lebih dari 100 hamba Tuhan dari seluruh Indonesia hadir dan aktif dalam proses persidangan ini. “Kita berharap dari sidang ini lahir keputusan-keputusan penting yang memperkuat struktur dan arah pelayanan GBIN ke depan,” ungkap Pdt. Pandiangan.
Menutup dengan senyuman, Pdt. Pandiangan sempat membocorkan bahwa sejumlah peserta secara informal mengusulkan agar Pdt. Melianus Kakiay dijadikan Ketua Umum seumur hidup. “Tentu ini disampaikan sambil bercanda, tapi menunjukkan betapa besar kepercayaan mereka kepada kepemimpinan beliau,” ujarnya sambil tersenyum. SM