VictoriousNews.com- “Pada tanggal 11 Oktober 2024, saya berada di Lede (Kecamatan), Pulau Taliabu. Ketika itu kondisi gelap dan penerangan jalan tidak ada. Signal juga nihil. Esoknya, pagi, 12 Oktober 2024 terjadi ledakan di kapal yang saya naiki beserta tim kampanye calon gubernur dan calon wakil gubernur nomor urut 4 untuk Provinsi Maluku Utara. Sesaat sebelum kejadian Speedboat Bela 72 meledak dan menewaskan enam orang, saya sedang memilih foto untuk diposting sebagai ucapan Selamat Hari Ulang Tahun (HUT) ke-25 Maluku Utara. Di tanggal itu, suami saya (Benny Laos) yang adalah Calon Gubernur Maluku Utara juga menjadi korban dan meninggal tepat di HUT (ke-25) Maluku Utara.
Setahun berlalu, 12 Oktober 2025 tepat satu tahun kepergian suami saya dan bertepatan dengan HUT ke-26 Provinsi Maluku Utara. Dari semua tanggal yang ada, tanggal itu yang menjadi peristiwa memilukan bercampur bahagia. Pilu karena ditinggalkan suami untuk seterusnya dan selamanya. Bahagia karena Provinsi Maluku Utara genap berusia 26 tahun. Kebahagian itu dapat dirasakan seluruh warga Maluku Utara yang perayaannya dipusatkan di Ibukota Provinsi, Kota Sofifi. Seterusnya, seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan, ingat Maluku Utara teringat juga putra terbaiknya yaitu Benny Laos.
Ledakan Speedboat Bela 72 kala itu melemparkan tubuh dan melepaskan saya dari kapal ke lautan. Saat itu, saya tidak bisa berenang. Ketika diangkat ke daratan, saya tidak bisa berdiri, karena kaki saya sudah berubah atau tidak seperti sediakala. Kaki saya terbakar. Saya pun tidak mengetahui keberadaan suami di mana.
Saya dibawa ke Puskesmas. Ketika dikabarkan suami saya di rumah sakit, saya pun minta diantarkan ke sana. Tidak ada yang menceritakan tentang kondisi suami saya. Sesampai di rumah sakit, suami saya masih bernafas tetapi kondisi tidak sadarkan diri. Bukan pelayanannya yang tidak bagus, tapi fasilitas yang sangat tidak memadai. Dokter dan seluruh tenaga kesehatan berusaha menolong.
Saya marah, bagaimana ibukota provinsi yang sudah berdiri selama 10 tahun tidak memiliki peralatan kesehatan yang memadai. Saya menelepon teman-teman agar mengirim pesawat untuk membawa suami saya ke Singapura. Bagaimana menyediakan pesawat jika tempat untuk mendaratkannya tidak tersedia. Air Port tidak ada. Signal di sekitar rumah sakit tidak stabil atau terputus-putus. Dengan semua iman yang saya miliki sebagai ciptaan Tuhan, saya berdoa dan berserah. Saya berpikir, suami saya orang baik. Dia menolong semua orang. Tidak mungkin seorang Benny Laos mengalami nasib seperti itu. Seluruh tenaga kesehatan telah berusaha keras untuk menolong tetapi kehendak Tuhan yang terjadi. Badan suami sudah dingin dan kaku. Akhirnya menerima sesuatu yang telah terjadi. Saya pun marah. Saya mau jual seluruh aset di Maluku Utara. Saya berbicara ke anak-anak bahwa saya akan tinggal dan menetap di Jakarta. Maluku Utara biarlah membawa cerita tersendiri.
Ketika malam tiba, tidur pun tidak pulas. Saya pingsan dan bangun dari tidur berkali-kali. Saya tidak mengerti tetapi percaya bahwa sesuatu tidak akan pernah terjadi tanpa seizin Tuhan. Saya minta hikmat untuk dapat mengerti. Ketika pagi menyingsing esoknya, rasa marah itu berangsur hilang. Dalam perjalanan dari rumah naik Ambulans menuju Helikopter, saya berpikir mungkin Tuhan memberikan pelajaran untuk saya rasakan karena banyak orang merasakan penderitaan. Mereka berteriak tetapi tidak ada yang mendengar.
Ketika di helikopter, tubuh suami saya ditutup dengan terpal. Semua fasilitas dibantu warga. Semua yang terjadi dalam 24 jam terakhir itu sungguh tidak berarti. Benny Laos adalah adalah kepala daerah terkaya se-Indonesia. Kemudian, saya menjadi kepala daerah terkaya se-Indonesia. Semua itu tidak mengubah apapun. Saya pun menyadari, pada awalnya menjadi tidak berarti. Sehebat apapun atau setinggi apapun jabatan, ketika waktunya cek-up harus cek-up. Ketika di dunia ini dinyatakan selesai maka selesai. Saya mau melanjutkan mimpi seorang Benny Laos. Saya berdiri sebagai Gubernur perempuan pertama di Maluku Utara.”
Di dampingi seorang putranya, Bennett Edbert Laos, Sherly Tjoanda-Laos, Gubernur perempuan pertama Maluku Utara mengungkapkan hal tersebut dalam peringatan satu tahun sepeninggal Benny Laos (suami) sekaligus merayakan Hari Ulang Tahun ke-26 Provinsi Maluku Utara di Alun-alun Sofifi pada Minggu, 12 Oktober 2025. Didampingi putra pertama, Gubernur Maluku Utara ke-3 sejak 20 Februari 2025 tersebut menceritakan kisah akhir hidup sang suami yang sangat memilukan. Meskipun tercatat sebagai bupati terkaya se-Indonesia di akhir hidupnya semua sungguh tidak berarti. Pun demikian ketika itu dirinya menjadi istri dari bupati terkaya juga tidak mampu berbuat apapun.
Di ulang tahun pertama Provinsi Maluku Utara di bawah kepemimpinannya begitu tampak perubahan. Sebuah event perayaan digelar di ibukota provinsi dan membebaskan biaya (gratis) kapal cepat ke puncak perayaan ulang tahun ke-26 Provinsi Maluku Utara.
Lagu ‘Hilang’ dari Justy Aldrin, Toton Caribo, dan Wizz Baker (2024) menggema di seluruh pelosok negeri maupun dunia. Disertai tayangan video yang dipancarkan ke layar lebar seputar kisah-kasih antara Sherly Tjoanda dan Benny Laos semasa menjalani kegiatan mengemban jabatan sebagai Bupati Morotai ke-2 dan yang menyertainya.
Berangkat sebagai ibu rumah tangga dengan anak tiga dan istri bupati, nama Sherly Tjoanda-Laos (Gubernur Maluku Utara ke-3)
pun semakin menggema di antara warga Maluku Utara. Setiap kunjungan dan kedatangannya ke seluruh pelosok, ia pun disambut antusias dan dielu-elukan warga. Penulis telah merilis sosoknya yang seperti Eva Peron (tokoh wanita asal Argentina) yang begitu populer sepeninggal sang pasangan. Ke depan, Maluku Utara tak akan mudah melepaskan sosoknya. Nama Benny Laos telah tercatat di sanubari masyarakat Maluku Utara khususnya Kabupaten Pulau Morotai. Pun nama Sherly Tjoanda-Laos seperti digariskan sebagai Eva Peron-nya Indonesia. Lahir di Ambon (Maluku), 8 Agustus 1982. @epa_phm

















