Victoriousnews.com,-Film layar lebar “Hati Suhita” produksi Starvision adalah adaptasi novel (best-seller) karya Khilma Anis berjudul Hati Suhita telah berkali-kali naik cetak. Berkisah tentang perjuangan seorang perempuan yang berani dan pantang menyerah untuk mendapatkan cinta dari sang suami. Hadirnya novel berlatar belakang Pondok Pesantren ini mampu menghipnotis banyak orang dan meledak di pasaran. Ceritanya memikat dan terasa sangat dekat, lantaran Ning Khilma (penulis) dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan Pesantren.
Hati Suhita merupakan salah satu karya sastra Khilma Anis yang menarasikan perempuan dan menggiring pembaca pada kemegahan pesantren dengan hiruk-pikuk domestifikasi rumah tangga. Ia juga berkisah tentang bagaimana relasi pesantren dengan dunia luar yang dipotret secara apik melalui hadirnya aktivis perempuan, Ratna Rengganis.
Novel ini menyajikan kekuatan cinta, relasi laki-laki dengan perempuan dalam kehidupan pesantren modern, juga pesantren dengan transformasi pengembangannya. Pesan tersirat yang disampaikan Khilma Anis di novel Hati Suhita adalah bagaimana seharusnya konsep cinta yang dihadirkan Alina Suhita yang tidak begitu mudah menyerah dengan keadaan. Mikul dhuwur dan mendhem jero mutlak diterima Alina Suhita tanpa penolakan. Dalam bahasa Indonesia, pepatah ini diartikan, mengangkat tinggi dan mengubur dalam. Memiliki makna bahwa sebagai anak, kita diwajibkan mengangkat tinggi derajat orangtua, serta menutup rapat-rapat aib keluarga, dalam hal ini termasuk menutup aib suami.
Alina Suhita yang diperlakukan buruk oleh Gus Birru (suaminya) mampu bertahan dan membalikkan keadaan dengan cara yang bijak. Baginya, menjadi wanita juga harus berani bertapa. Sebagaimana dalam bahasa Jawa, wanita, memiliki arti wani tapa atau berani bertapa. Berkat kesabaran, keikhlasan, dan pengabdian yang tulus, serta keimanannya pada Sang Maha Kuasa, Alina Suhita mendapatkan yang ia inginkan. Film “Hati Suhita” membawa penonton dalam kisah cinta Alina Suhita, Gus Birru dan Ratna Rengganis yang dalam dan tidak biasa.
“Berawal pesan-pesan yang masuk tentang novel Hati Suhita, segera saya membacanya,” demikian catatan Chand Parwes Servia (produser). Begitu indah dan kuat karakter-karakternya. Kisah cinta yang dalam mengalir teduh, dan diselesaikan tidak seperti biasanya. Penulis piawai menampilkan integritas sosok perempuan-perempuan yang begitu santun dan agung. Ning Khilma Anis berhasil hadirkan novel yang penting untuk divisualisasikan lewat film. “Segera, saya hubungi Ning Khilma Anis dan mengajak kerjasama untuk mengalihwahanakan novel tersebut. Ternyata sudah cukup banyak PH-PH papan atas, bahkan sutradara kondang yang meminang novel ini. Namun, Ning Khilma Anis bersedia hadir ke Jakarta dari Jember bersama suaminya Gus Chazyal Madjda, 23 September 2019. Diskusi menyatukan visi di kantor Starvision berjalan lancar, agar filmnya memenuhi ekspektasi pembaca novel best-seller ini. Penulisan skenario oleh Mas Alim Sudio berlangsung dengan melibatkan Ning Khilma Anis. Produksi sempat tertunda pandemi, sementara Film HATI SUHITA cukup kolosal yang membutuhkan banyak pemain,” urainya.
Akhirnya syuting dimulai 20 Agustus 2022 selama 53 hari di 10 Kota, yaitu: Jakarta, Bogor, Ponorogo, Mojokerto, Trenggalek, Boyolali, Salatiga, Jogja, Klaten dan Kediri. Kota-kota yang ada di Pulau Jawa di sejumlah provinsi. Kecintaan film HATI SUHITA menjadi energi positif semua yang terlibat, sejak menyusun tim produksi yang dipimpin oleh Archie Hekagery sebagai sutradara. Berlanjut ke pemilihan pemain yang begitu antusias bergabung setelah membaca skenario adaptasi novelnya. Editing ditangani sepenuh hati oleh Cesa David Luckmansyah, musik dari Tya Subiakto mengisi ruang cerita tambah emosional, diimbangi gambar memanjakan mata dari Iqra Sembiring yang kemudian digrading oleh colorist P’Nu di Kantana
Semua yang terlibat telah dedikasikan kreativitas terbaiknya, matur suwun. Film HATI SUHITA adalah paket hiburan lengkap untuk ditonton di Bioskop. Selain, banyak pelajaran yang bisa kita teladani melalui karakter-karakternya yang bakal memberi keharuan, rasa gregetan hingga lega nan membahagiakan. Film HATI SUHITA hadir ke Bioskop-Bioskop se-tanah air mulai 25 Mei 2023.
Sutradara panutan saya, Alfred Hitchcock pernah berkata “To make a great film you need three things-the script, the script and the script”. Ditekankan betapa penting skenario dalam menentukan hasil akhir sebuah film. Ketika menonton hasil akhir Film HATI SUHITA, bukan karena saya yang menyutradarai Film ini, di sini saya berusaha memposisikan diri sebagai penonton, namun karena melihat sendiri bagaimana reaksi orang-orang yang menonton Film HATI SUHITA ini pada saat preview, ketika mereka meneteskan air mata dan terbawa baper pada saat adegan menyentuh, ketika mereka juga bisa tertawa pada saat ada adegan yang menggelitik. Ini semua adalah ekspresi tulus, nan jujur dan sangat menyenangkan. Suatu perasaan bahagia yang tidak bisa dibeli dengan uang, ketika melihat dengan mata kepala sendiri para penonton terbawa oleh film yang kita buat. Ini semua tidak lepas dari kekuatan cerita asli novel yang sudah sangat powerful, dimaksimalkan dengan skenario buah tangan Alim Sudio yang berpengalaman mengadaptasi novel ke layar lebar, ditambah lagi dengan aktor dan aktris yang bermain sangat baik, Nadya Arina, Omar Daniel, Anggika Bolsterli, sebagai pemeran utama mampu menghidupkan karakter Alina Suhita, Gus Birru dan Rengganis dengan luar biasa. Ensamble ini menjadikan Film HATI SUHITA menjadi Film yang enak ditonton. Penonton juga mendapatkan pengalaman yang sama ketika menyaksikan Film HATI SUHITA tanggal 25 Mei 2023 di Bioskop.
Pertama ditawarkan mengadaptasi kisah hati suhita, saya sempat ragu dengan premis yang ditawarkan. Terdengar klise dan “bukankah sudah ada kisah yang sama seperti ini?” tapi saya diyakinkan untuk mencoba membaca buku karya Ning khilma Anis dulu, sebelum memutuskan. Karena bukunya sangat kaya pemahaman kultur Pesantren dan Jawa. Sosok Alina Suhita bukan sosok perempuan menye-menye yang mengeluh pada situasi dan berharap situasi berubah dengan sendirinya. Alina Suhita adalah seorang pemimpin yang mandiri dan cerdas. Alina Suhita paham tanggungjawabnya sebagai seorang wanita ulama. Bekalnya bukan saja pemahaman agama tapi juga pemahaman akar dari mana dia tumbuh dan menjadi. Pernikahan yang menyiksanya ini adalah medan perang untuk membuktikan kemampuan dan akhlak kepemimpinannya. Dia mencintai, tapi ternyata mencinta bukan urusan menghamba, mencinta adalah urusan yang tidak dangkal, dia harus memahami dan menyelami pasangannya. Saya teringat seketika serial The Crown. Konflik Suhita mendekati Ratu Elizabeth dengan nuansa yang berbeda. Seketika saya bersemangat mengadaptasinya. Berkenalan dengan Gus Birru dan kegelisahannya. Ratna Rengganis dan kerelaannya. Tokoh-tokoh yang kompleks dan membumi.
Hati Suhita adalah hati siapapun yang menjadi pemimpin, yang merasakan tugasnya hadir di dunia ini, bukan hanya untuk berrumah tangga dan beranak pinak tapi juga turut berperan membangun negeri ini. Pilihan hidup yang dilematis seringkali terjadi dan bagaimana kita bijak menghadapi, dan memenangkan peperangan itu sendiri.
Begitulah Film HATI SUHITA mengetuk hati kita. Seperti juga Suhita. Saya dipaksa untuk menulis, tapi ternyata berakhir bahagia.
Barangkali saya termasuk penulis yang paling beruntung di dunia; lahir dan besar di Pesantren, menulis tentang kehidupan Pesantren dan wanita Jawa yang sederhana, tapi karya saya itu dialihvisualkan dengan begitu ‘megah’ oleh Starvision. Barangkali saya termasuk penulis yang paling beruntung di dunia; Starvision benar-benar memberikan semua yang terbaik untuk karya saya. Saya dipilihkan seorang sutradara, Mas Archie Hekagery yang penuh integritas sekaligus selalu mengakomodir keinginan saya sebagai penulis. Saya dipilihkan penulis skenario Mas Alim Sudio, yang betul-betul memahami novel saya dengan sangat dalam. Sehingga semua karakter tokohnya jadi lebih kuat dan jalan ceritanya jadi lebih menggetarkan. Saya dipilihkan para pemain yang sesuai keinginan pembaca. Dari awal kami presscon pemain Film HATI SUHITA, sampai muncul teaser dan trailernya, semua orang mengatakan seluruh pemain Film HATI SUHITA sangat pas dengan gambaran di novel. Itu membuat saya sangat bahagia. Saya juga dipilihkan tim yang teramat profesional.
Semua orang mendedikasikan dirinya secara total buat Suhita. Barangkali saya penulis yang paling beruntung di dunia; Bapak Chand Parwez memberikan saya ruang yang begitu leluasa untuk mendampingi dan mengawal Film ini. Dari mulai pemilihan pemain, pemilihan lokasi syuting, pemilihan wardrobe, pra produksi, saat produksi, bahkan pasca produksi. Di seluruh moment saya selalu dilibatkan. Ajaran Jawa dan idiologi kepesantrenan di novel saya tidak ada yang dihapus tapi justru diolah dengan sangat apik sekaligus epik. Ketika test DCP kedua dan saya nonton pertama kalinya di Epicentrum, air mata saya menganak sungai. Rasanya puas sekali, bahkan lebih indah dari kisah aslinya. Dan saya yakin perasaan pembaca juga akan sama seperti yang saya rasakan. Saya tahu, membuat film yang mengangkat karakter perempuan Jawa dengan suasana yang modern dan menyenangkan, tentu tidak mudah. Bagi saya pribadi, selama ini film-film tentang wanita Jawa identik dengan suasana klasik. Film-film dengan suasana Pesantren, identik dengan suasana sakral dan kaku. Tapi di Film HATI SUHITA semuanya terasa menyenangkan. Penonton benar-benar dimanjakan oleh gambaran visual dan alunan kisahnya. Novel Hati Suhita yang sederhana bisa begitu megah dan gagah. Akhirnya, Semoga Film HATI SUHITA jadi vitamin untuk masyarakat Indonesia. Terutama untuk para wanita agar belajar tentang kerelaan dan keteguhan dari tokoh-tokohnya.
Kisah perjuangan seorang perempuan untuk mendapatkan cinta suaminya sendiri. Alina Suhita menerima takdirnya untuk menikah dengan Gus Birru, pewaris pesantren Al-Anwar. Abah dan Ummik telah menyerah pada pilihan Gus Birru, yang lebih menyibukkan diri dengan kegiatan pergerakan dan cafenya. Mereka percaya bahwa Alina Suhita adalah pilihan menantu yang tepat untuk memimpin pesantren. Namun semua rahasia tersimpan di balik kamar. Sejak menikah, Gus Birru tidak sekali pun menyentuh Alina Suhita. Gus Birru mencintai perempuan lain, Ratna Rengganis.
Pemain & Tim Produksi; Nadya Arina (sebagai Alina Suhita), Omar Daniel (Gus Birru), Anggika Bolsterli (Ratna Rengganis), Ibrahim Risyad (Kang Dharma), Wafda Saifan (Mas Arya), Desy Ratnasari (Ummik), David Chalik (Abah), Devina Aureel (Aruna), Widyawati (Mbah Putri), Slamet Rahardjo (Mbah Kung), Tanta Ginting (Rizal Sihombing), Tutus Thomson (Zaki), Ariyo Wahab (Ayah Suhita), Eksanti (Ibu Suhita), Joshua Suherman (Permadi), Angelia Livie (Alina Suhita Kecil), Alessandro Gianini (Gus Birru Kecil), Gus Chazyal Madjda (VO ayah Suhita).
Produksi (Starvision), roduser (Chand Parwez Servia, Fiaz Servia), Sutradara (Archie Hekagery), Produser Eksekutif (Riza, Reza Servia, Mithu Nisar, Raza Servia, dan Amrit Dido Servia), Produser Lini (Yaya Said), Penulis Skenario (Alim Sudio), Penata Artistik (Oscart Firdaus), Penata Kamera (Iqra Sembiring), Penyunting Gambar (Cesa David Luckmansyah), Penata Suara (Mohamad Ikhsan dan Jonet Sri Untoro), Penata Musik (Tya Subiakto), Penata Warna (P’Nu), Penata Visual Efek (Capluk), Perekam Suara (Trisno dan
Iron Sagala), Penata Busana (Aldie Harra), Penata Rias (Tomo Sastra), Penata Casting (Arief Havidz dan Abie Prabu), Perancang Poster (Alvin Hariz), OST (BENIH – Raissa Anggiani, SAMSARA – Soegi Bornean, dan KUDUNE SIJI – Bayu Skak & Joshua Suherman). @epa_phm
Comment