Jakarta,Victoriousnews.com-Pertengahan tahun 2023, Dewan Kesenian Jakarta/DKJ (Jakarta Arts Council) mempersembahkan serangkaian program yang dirangkum dalam kesatuan “DKJ FEST 2023”. Rangkaian kegiatan ini menyuguhkan program-program unggulan dari Komite Seni, Komite Film, dan Komite Tari. Rangkaian program ini merupakan wujud upaya dan kerja-kerja penguatan ekosistem seni yang semakin tangguh juga menjaga kepentingan publik seni Jakarta.
DKJ FEST 2023 mengambil tajuk “Kelindan; Meretas Kahar Ekosistem Seni”. Seperti ujar peribahasa, “lalu penjahit, lalu kelindan”, yang bermakna, apabila ikhtiar awal berhasil, maka kerja berikutnya pun akan berjaya. Ada sinergi, ada sinambung dalam makna itu. Sebagai nomina, ‘kelindan’ berarti benang yang baru dipintal, juga berarti benang yang sudah dimasukkan ke dalam lubang jarum untuk menjahit. Sebagai verba, ‘berkelindan’ berarti erat menjadi satu. Gabungan dari dua makna itulah yang menjadi semangat dan sikap DKJ melihat persoalan, tantangan, kehidupan kesenian kita di Jakarta akhir-akhir ini. Tata kelola ruang-ruang seni di Jakarta sedang mengalami gejolak. Pandemi Covid-19 dan krisis pasca Pandemi membongkar banyak hal dalam ekosistem seni kita. Kedua hal ini mewarnai masa kerja DKJ periode 2020-2023. Di tengah situasi yang bersifat kahar, DKJ mengupayakan agar ekosistem seni semakin tangguh dan publik seni selalu terjaga kepentingannya.
DKJ FEST 2023 adalah sebuah pembacaan situasi ekosistem seni di Jakarta, pernyataan sikap terhadap situasi kahar di beberapa ruang seni di Jakarta, dan pernyataan artistik atas situasi kesenian di Jakarta dulu, kini, dan nanti.
Situasi kahar dimaksud adalah akumulasi persoalan sejak pra-revitalisasi, revitalisasi, hingga pasca revitalisasi fisik Taman Ismail Marzuki (TIM). Seiring munculnya bangunan dan ruang-ruang baru, muncul persoalan besar; sebuah kasus terkhianatinya watak ruang publik dari ruang-ruang seni dalam ekosistem di Jakarta. Urbanisasi sering membuat warga kota metropolitan seperti Jakarta kehilangan hak publik mereka untuk memiliki, mengakses, dan menikmati ruang kesenian. Di satu sisi, hak itu tergusur kepentingan korporasi, di sisi lain hak itu tergerus oleh kuasa/logika birokrasi.
Ketika revitalisasi ruang seni seperti TIM mengancam keberlanjutan wataknya sebagai ruang publik, maka ekosistem kesenian secara umum juga terancam. Sejarah dan praktek kesenian di TIM sejak awal berdiri tahun 1968 selalu memiliki aspek pencapaian dan pemajuan seni semasa yang bersifat lokal, nasional, dan internasional. Bila watak ruang publik tersebut secara sistematis diabaikan atau diingkari, maka ruang seni bagi publik itu telah terkhianati. “DKJ Fest adalah salah satu upaya merebut kembali ruang seni agar tetap menjadi ruang publik,” kata Yola Yulfianti, Ketua Komite Tari DKJ.
Dalam penyelenggaraan selama 20 Juni hingga 7 Juli 2023, DKJ FEST menyuguhkan Pertunjukan, Pameran, Diskusi, Lokakarya, dan Pemutaran Film. Pameran Arsip dan Koleksi menyuguhkan tajuk ” Pekan, Pesta, Festival; Bermula dari Cikini Raya 73″ yang dikuratori Esha Tegar Putra. Pertunjukan ini dapat dinikmati publik selama 23 Juni – 7 Juli 2023, buka setiap hari (kecuali hari libur nasional) mulai pukul 10.00-20.00 WIB di Galeri Cipta 2, Gedung Trisno Sumardjo Lantai 3. Pameran ini menyuguhkan 59 poster, 5 koleksi lukisan, 118 foto, arsip audio, dan arsip surat. Pameran ini merupakan distribusi pengetahuan sekaligus bentuk pertanggungjawaban DKJ kepada publik Seni, terkait pengelolaan dan pendayagunaan Arsip koleksi DKJ dengan baik.
Pameran Maestro Film Indonesia bertajuk “Silang Visual; Delsy dalam film dan Seni Rupa -rupa. Pameran ini mengangkat tokoh film dan seni rupa Indonesia, Delsy Shamsumar. Dia menjadi tokoh inovatif yang dilupakan karena arsip dan kenangan tentang kekayaannya terserak, di luar lingkar pengakuan seni yang resmi. Kekayaan mencakup bidang grafis, ilustrasi, komik, jurnalistik hingga produksi film. Dari arsip dan pengetahuan yang disusun tim kurasi dan riset Komite Film DKJ. Pameran ini dilaksanakan sebagai pintu awal kajian wilayah luar penyutradaraan atau penulisan dalam sejarah film Indonesia. Dibantu tim dan banyak pihak, kurator pameran Yuki Aditya (direktur festival film Arkipel) menyajikan sebuah bingkai awal membaca Delsy sebagai wujud silang visual sejarah kesenian modern kita. Pameran dapat dinikmati publik selama 23 Juni-7 Juli 2023, buka setiap hari (kecuali hari libur nasional) mulai pukul 10.00-20.00 WIB di Galeri Cipta I, Gedung Trisno Sumardjo Lantai 3.
Komite Film juga menyelenggarakan Sayembara Menulis Kritik Film dalam rangka meningkatkan percakapan dan obrolan sesama penggemar film menjadi dikursus kritis, dan mengupayakan pengetahuan publik tentang sinema. Pendaftaran Sayembara Menulis Kritik Film dilaksanakan selama 7 April-26 Mei 2023, dan menerima total sebanyak 702 karya. Penjurian dilakukan Kafein (Penjuri Film Indonesia) dan juri utama Seno Gumira Ajidarma (Penulis dan akademisi), Eric Sasono (Peneliti Independen), dan Yulia Evina Bharra (Produser Film). Malam Anugerah Sayembara Kritik Film diadakan bersamaan dengan penutupan DKJ FEST pada 5 Juli 2023 di Graha Bhakti Budaya, TIM.
Komite Tari menggelar Pekan Koreografi Indonesia, Unboxing Tari, dan Artistic Development. Pekan Koreografi Indonesia menyajikan pertunjukan dari lima Institusi Seni di Indonesia, yaitu Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Institut Seni Indonesia (ISI Surakarta), Institut Seni Indonesia Yogyakarta), Institut Seni Indonesia Padang Panjang), Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI Tanah Papua) selama 20-21 Juni 2023 pukul 19.30 WIB di Teater Wahyu Sihombing. Unboxing Tari menghadirkan Lecture Performance Melati Suryadarmo pada 5 Juli 2023 pukul 19.00 WIB di Graha Bhakti Budaya. Artistic Development adalah lokakarya tertutup selama empat hari selama 26-31 Juni 2023 dan dipresentasikan ke publik pada 1 Juli 2023 pukul 19.00 WIB di Teater Wahyu Sihombing.
DKJ FEST 2023 “KELINDAN: Meretas Kahar Ekosistem Seni” menyapa teman DKJ selama 20 Juni hingga 7 Juli 2023 dan digelar di sekitar Gedung Trisno Sumardjo dan Graha Bhakti Budaya TIM, Jakarta. Seluruh rangkaian DKJ FEST 2023 terbuka untuk umum dan tidak memungut biaya (GRATIS). Seluruh gelaran berkolaborasi dengan Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Unit Pengelola Pusat Kesenian Jakarta (UPPKJ TIM), PT Jakarta Propertindo (JAKPRO), dan Pusat Kesenian Jakarta (PKJ TIM). @epa_,phm
Comment