Michael Howard: Mantan Pecandu Narkoba dan anggota geng di AS Bertobat Jadi Motivator Indonesia

Kesaksian4310 Views

JAKARTA, VICTORIOUSNEWS.COM,-Menyandang gelar mantan pecandu narkoba selama 20 tahun, mantan pengedar obat-obatan terlarang, mantan pengikut Gereja Setan, dan mantan Narapida selama 3 tahun di Amerika Serikat. Seluruh gelar tersebut tidak pantas dibanggakan, tapi menjadi pengalaman kehidupan seorang Michael Howard ketika dikembalikan ke Indonesia pada tahun 2014. Dikawal ketat pihak berwenang Amerika Serikat hingga pendaratannya dengan pesawat di bandara internasional Indonesia. Perasaan seorang diri di Jakarta (Indonesia) dan mengaku tidak memiliki apa-apa kecuali dua hal, yaitu menderita sakit hiperteroid (gondok dalam leher sehingga menyebabkan matanya besar sebelah) dan menderita AIDS (bukan arti penyakit yang berbahaya itu, tapi singkatan dari ‘Aku Ingin Duit Sekarang’).

Michael Howard

Tapi, satu hal yang dia pegang dan percayai yaitu berserah penuh kepada Tuhan. Dalam perasaan bingung, terlintas dalam pikirannya bagaimana bisa terjun ke dunia entertainment. Dimulai dengan testimoni (kesaksian-kesaksian) kisah hidupnya di berbagai pertemuan kawula muda hingga diundang berbicara di sejumlah stasiun televisi. Alhasil, setelah sekitar dua tahun bergelut dan berjuang yang tak kenal lelah, dia akhirnya dapat menyelesaikan buku berjudul ‘Return’. Sebuah buku yang berkisah seputar kisah hidupnya yang pernah dijalani, termasuk selama 24 tahun tinggal di Amerika Serikat. Lewat buku tersebut, namanya mulai menggema di kalangan masyarakat Indonesia khususnya di Jakarta. Dia pun berkesempatan bertemu dan berbicara dalam satu panggung bersama Merry Riana (kelahiran 29 Mei 1980, penulis buku ‘A Gift From a Friend), Tung Desem Waringin (motivator), dan James Gwee (motivator). Dia percaya, Tuhan yang menghantarkannya ke titik tersebut.

Michael Howard telah membahas topik penyalahgunaan narkoba beserta seluruh pengalaman hidupnya semasa tinggal di Denver (Amerika Serikat) di Program Hitam Putih bertema ‘Perubahan’ untuk stasiun televisi Trans7, Kick Andy berjudul ‘Mantan Narapidana’ (MetroTV), I’am Possible bersama Komjen Pol Budi Wasesa, On the Sport – Reveal (Mantan Gangster USA), Berita Satu (People & Inspiration), Brownies (mao cucok harus sehat), Jaktv-trending topic (Buku Return), Life Channel Indovision (from Gangster to messenger), dan GTv-Generasi Zeru (bunuh diri). Dia pun kemudian mencatatkan namanya sebagai pencipta lagu berjudul ‘Satu Mata Hatiku’ dan pemeran untuk film ‘Kasinem is Coming’. Untuk bidang sosil, ia mendirikan Yayasan Lembaga Inspirasi Bangsa.

Dikisahkan, kehancuran hidupnya bermula ketika masih muda. Lahir di Jakarta (Indonesia) dan menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga kedua orangtuanya. Kesibukan pekerjaan menyita perhatian untuk memberikan kasih dan sayangnya kepada seorang Howard. Pun demikian, bersama  adik perempuannya, dia tetap didisiplinkan oleh sang ayah. Kerasnya disiplin yang diterapkan orangtua menjadikannya harus tunduk pada setiap perintah mereka, termasuk saat dia hidup di sekolah asrama di Batu (Malang, Jawa Timur). “Seberapa nakalnya sich anak usia 5 tahun? Sehingga, pada umur 7 tahun, saya ditempatkan di asrama di Jawa Timur itu. Sebuah asrama anak-anak bandel,” ucapnya dalam YouthLifeCultivators Workshop bertema ‘No to Drugs’ (Jauhi Narkoba!} di Komplek Hotel Pitagiri (Palmerah Barat, Jakarta Barat) pada Minggu siang, 15 April 2018.

“Mempunyai orangtua, tapi seperti tidak memiliki. Ketika berumur 10 tahun, saya diajak ke Amerika Serikat oleh ibu saya dan ditempatkan di kota yang berbeda. Saya ditempatkan di Kota Denver (Amerika Serikat), sedang ibu saya tinggal di California (Amerika Serikat). Jarangnya kunjungan orangtua ketika di asrama membuat saya kecewa, padahal saya ingin menggunakan saat-saat indah bersama keluarga. Ketika saya tidak mendapatkan itu, akhirnya saya mencari kasih itu di luar keluarga. Motto ‘We are Family’ yang diterapkan di dalam geng membuat saya tertarik untuk saya masuk di sana. Meskipun, kegiatannya membuat onar, gara-gara, dan pesta pora,” ujarnya.

Di Amerika, anggota geng identik dengan drugs (obat-obatan terlarang). “Saya pun coba-coba narkoba hingga terjerumus di dalamnya. Tak mengherankan jika kemudian semua jenis narkoba saya pakai. Bukan sekedar memakai, tapi kemudian menjadi bandar. Alhasil, pundi-pundi dollar pun berlimpah. Setidaknya, US$ 8000 setiap bulan mampu dihasilkannya. Bukan hanya jual narkoba, tapi juga menjual senjata api. Pun demikian, saya tetap ke gereja karena ayah saya yang juga seorang setengah pendeta dan setengah pengusaha. Mau tidak mau, saya mesti ke gereja. Rasa bersalah pun menghinggapi diri saya. Saya ke gereja setiap hari Minggu, tapi dari Senin hingga Sabtu berbuat sesuatu yang tidak benar,” tandasnya.

Pilihan menjadi pengikut Gereja Setan pun dijatuhkan. Pikirnya, daripada memiliki perasaan bersalah terus-menerus, lebih baik terjun sekalian. Dunia baru pun dirasakan. “Saya merasakan mati. I have no soul. Adanya perasaan yang bertolak belakang, saya pun memutuskan keluar dari keanggotaan di Gereja Setan itu,” katanya. Sementara, hasil penjualan narkoba terus meningkat. “Tapi, pada titik tertentu, saya jenuh. Terlebih ketika menyaksikan satu demi satu teman-teman dekat saya pergi untuk selamanya (baca: meninggal) akibat tindakan kriminal yang mereka lakukan. Saya pun memiliki keinginan besar untuk bertobat,” katanya.

Semakin ingin keluar dari kehidupan yang penuh kekelaman itu, semakin besar dia menghadapi tantangan. “Saya berseru kepada Tuhan dan ingin bertobat. Di saat ingin bertobat, justru saya ditangkap dan masuk penjara. Saya terkejut. Saya pikir, Tuhan akan memberikan pengampunan yang mulus atas pertobatan yang ingin saya lakukan. Saya ingin mengalami jamahan-Nya, justru tidak merasakan. Saya pun merasa terpukul. Saya tidak menyangka itu bisa terjadi dalam kehidupan saya selanjutnya,” urainya.

Di penjara, Michael mendapatkan perlakukan yang sangat menyakitkan diri. Merasa tidak tahan lagi, dia pun memiliki niat untuk bunuh diri dengan cara overdosis narkoba. Sayang. niat tersebut tidak pernah terjadi karena Tuhan tidak memanggil ke hadapan-Nya lebih cepat. Tuhan memiliki rencana yang indah dan mulia dalam kehidupan selanjutnya, baik untuk dirinya maupun sekelilingnya. Bisikan Tuhan bahwa dirinya harus menjalani masa tahanan untuk mendapatkan kebebasan dari belenggu kejahatan yang dilakukannya sebelumnya. Tiga tahun mendekam di dalam penjara untuk membangun hubungan dengan Sang Penciptanya. Setelah menuntaskan masa tahanan, dia dikembalikan ke Indonesia. Di usia 34 tahun, dia seperti menjadi manusia baru. Sejumlah ayat-ayat Alkitab termasuk Matius 20:28; Matius 22:14; Yohanes 14:6; Yeremia 33:3; Bilangan 6:24; Yeremia 17:7 dan ayat 5 menjadi tonggak kehidupan menggapai masa depan yang penuh pengharapan. (Epaphroditus Ph M dan Stevano Margianto)

Comment