Kuliah Umum Kepemimpinan STT REM ke 12, Prof. Dr. dr. Nila Djuwita Moeloek, SpM (Menteri Kesehatan RI): Kita harus Menjadi Investasi dan Aset bagi bangsa!

Hukum & HAM1985 Views
Prof. Dr.dr. Nila Djuwita Moeloek.,SpM (Menkes RI) Ketika menyampaikan kuliah Umum di STT REM, Selasa, 30/10-2018

JAKARTA, VICTORIOUSNEWS.COM,-“Rakyat Sehat Negara Kuat”. Demikian tema Kuliah Umum Kepemimpinan (KUK) ke 12 yang diangkat oleh Sekolah Tinggi Teologi Rahmat Emmanuel (STT  REM) bekerjasama dengan Yayasan Conrad Supit Center pada hari Selasa (30/10) pukul 19.00 Wib di kampus STT REM, Jl. Pelepah Kuning III Blok WE 2 No. 4 G-K, Kelapa Gading-Jakarta Utara.

Kuliah umum STT REM kali ini menghadirkan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Prof. Dr.dr.Djuwita Moeloek., SpM sebagai pembicara dan Direktur Eksekutif Conrad Supit Center,  Johan Tumanduk., SH.,M.M., M.Pd.K sebagai moderator. Selain dihadiri oleh para mahasiswa/wi STT REM, juga tampak dihadiri oleh Ketua Yayasan Conrad Supit Center sekaligus Gembala Senior GBI REM, Prof. Dr. Abraham Conrad Supit, Dr. Ariasa H Supit., M.Si (Ketua STT REM),  Civitas Akademika STT beserta undangan lainnya.

Ketua STT REM, Dr. Ariasa H Supit., M.Si, dalam kata sambutannya, mengucapkan terimakasih kepada para peserta, terutama Ibu Menteri yang telah berkenan hadir untuk menyampaikan kuliah umum pada saat ini. “Saya sudah saya anggap Ibu menteri sebagai mentor dan sebagai pembina saya. Terimakasih Bu Menteri sudah mau hadir di Kampus kami. Nah, pada saat ini Kita akan belajar dari tokoh-tokoh bangsa yang memang mendapat tugas dan mendapat kepercayaan yang begitu besar dari Presiden RI untuk membawa negara ini memiliki sumber daya manusia yang sehat. Pada awal pemerintahan Jokowi fokus kepada pembangunan infrastruktur. Tetapi sekarang beliau fokus kepada sumber daya manusianya. Sekarang fokus kepada orangnya dan akan ditingkatkan kapasitasnya. Artinya, diberdayakan lebih lagi. Dan itu semua tidak bisa terjadi kalau sumberdaya manusia atau orang-orangnya tidak sehat. Oleh Karena itu pada saat in kita ingin melihat, belajar dan mendengar bagaimana ibu Menteri memimpin lembaga yang mempunyai tanggungjawab dalam memimpin lembaga bangsa ini menjadi negara yang maju. Negara yang kuat yaitu dengan membuat rakyatnya itu sehat semua,” tukas Ariasa dalam kata sambutannya.

Prof. Dr. dr. Nila Djuwita Moeloek, SpM dalam paparannya mengungkapkan bahwa, kita mesti bersyukur hidup di bumi Indonesia. Ini adalah kesempatan Kita untuk menjadi manusia yang dapat memberikan sesuatu yang berguna bagi bangsa dan Negara.  “Kita wajib untuk melakukan yang terbaik bagi bangsa dan negara.  Walaupun sekecil apapun. Saya selalu bilang, kita harus berbuat sesuatu bagi negara kita. Kita harus menjadi investasi dan aset bagi bangsa. Kenapa kita harus menjadi aset bangsa? Dan kenapa kita tidak boleh menjadi beban bangsa? Karena kalau kita melihat jumlah penduduk Indonesia sekarang sudah mencapai 263 juta jiwa. Jumlah anak muda itu mencapai 60 % dibandingkan manula. Nah yang sudah tua tentu tidak produktif lagi. Oleh sebab itu, kita mengharapkan yang muda membantu yang tua. Jumlah usia muda dan produktif ini memiliki peluang bonus demografi. Yang muda-muda itu jumlahnya bisa mengatasi masalah dan beban orang tua. Pertanyaannya sekarang adalah apakah anak-anak muda baik-baik saja? Faktanya, banyak sekali yang ikut geng motor, ada yang terjerat miras, ada pula yang terikat dengan narkoba dan masih banyak lagi.  Nah, kalau usia produktif tadi kelakuañnya seperti itu, dapat gak bonus.demografi? Tentu tidak. Justru sebaliknya, kita akan mendapat disaster atau bencana,” ungkap Menteri Kesehatan RI, Nila Moeloek kepada para peserta.

 

Menurut Prof. Nila, sebenarnya setiap orang pasti memiliki tolok ukurnya, seperti rangking atau level.  Begitu pula sebuah Negara Indonesia di mata dunia. “ Di dunia, saat ini ada yang namanya Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index (HDI).  Ada 3 hal  yang diukur, yakni: Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan atau Ekonomi. Nah kalau Kita sehat, pasti Kita bisa meraih pendidikan, cerdas dan bisa melakukan aktivitas. Sebaliknya kalau Kita sakit pasti tidak bisa memberikan yang terbaik. Jika kita sehat, keadaan ekonomi juga akan naik.  Dunia juga berkata kalau pakai HDI, Kita hanya hitung angka kelangsungan hidup untuk kesehatan. Angka kelangsungan hidup di Indonesia saaty ini naik dan sudah mencapai 70, 9 %.  Namun, sebenarnya, kita harus betul-betul mendapatkan manusia yang berkualitas. Kenapa?  Jadi sekarang dipindahkan menjadi Human Capital Index. Nah, Human Capital Index itu tidak melihat sekolah atau pendidikannya, tetapi menuntut kita berapa lama kita bisa menempuh pendidikan atau bersekolah yang berkualitas sehingga tetap produktif walaupun sudah lanjut usia. Meski usia Kita diatas 70 tahun tapi masih produktif. Supaya tidak membuat beban kepada Negara ini,” tandas Menkes saat didampngi oleh Dirjen Magdalena Engko (warga GPIB) dan Donald Pardede Staf Khusus Menteri yang juga anggota GKI Serpong.

Lebih lanjut lagi Prof. Nila mengatakan, bahwa, kesehatan adalah hak asasi manusia dan investasi. Artinya, makin punya keahlian (skill) maka ekonomi akan makin maju. “Saat ini jumlah penduduk Indonesia yang preminya dibayarkan oleh pemerintah lewat Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah 92,4 juta jiwa, dan tahun depan akan naik menjadi 92,6 juta jiwa. Nah kini saatnya kita harus mengubah pola hidup sehat melalui program Indonesia sehat.Yakni: melalui pendekatan keluarga (paradigma sehat), individu dan keluarga sehat dan penanganan keluarga di daerah terpencil dan kepulauan (nusantara sehat),” ujar Bu Menteri Kesehatan yang juga sub spesialis Onkologi Mata.

Istri dari Prof Farid Moeleoek mantan Menteri Kesehatan RI pada masa peralihan Pemerintahan Presiden Soeharto dan Presiden Habibie ini tampil memukau. Usianya tidak muda lagi, namun masih energik dan gaul. Maklum beliau juga lama menjadi dosen di Universitas Indonesia. Perubahan paradigma kesehatan, layanan kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional menjadi titik tolak. Paradigma kesehatan berarti memulai hidup sehat dari keluarga. Cukup gizi, jangan sampai terjadi bayi lahir kurang gizi atau yang disebut stunting. Dampaknya pertumbuhan tinggi badan di bawah rata rata, otak pun tidak berkembang. Saat ini 3 dari 10 anak Indonesia mengalaminya. Ini harus dicegah jangan sampai bonus penduduk yang muda seharusnya produktif menjadi bencana demografi. Ia juga mengingatkan bahaya merokok walau dilematis jika disandingkan dengan perspektif ekonomi.

Johan Tumanduk., SH.,M.M., M.Pd.K sebagai moderator juga merasa kagum terhadap pemaparan Menkes yang sangat detail berbicara mengenai pelayanan kesehatan, pentingnya dokter keluarga dan kesulitan pemerintah dan solusinya. “Luar biasa, pekerjaan raksasa yang beliau kelola, belum lagi persoalan persoalan lain. Saya tanya apa rahasianya Ibu bisa bugar walau sibuk dan penuh tekanan begini? Ia tersenyum. Jawabnya keluarga! Keluarga sangat menopang saya. Kuliah umum berjalan lancar dan semarak, di awal protokol mengingatkan bahwa tidak ada tanya jawab. Ibu ada acara lain. Tapi ternyata ketika diminta waktunya, Menkes RI yang ramah ini bilang ayo silahkan bertanya. Ia merasa comfortabel rupanya. Ketika saya perkenalkan lengkap di awal, ia malah melihat saya sambil tertawa sebelum memulai pemaparannya. Beliau bilang moderator ini tahu banget saya sampai detil bener, naksir saya kali. Hadirin pecah tertawa. Suasana jadi cair dan kekeluargaan,” pungkas Johan seperti ditulis dalam laman FBnya. Margianto

Comment