JAKARTA, VICTORIOUSNEWS.COM,- Kesederhanaan, panutan seorang pemimpin, dan jati diri sebagai seorang manusia. Kesimpulan ini mengemuka ketika Johan Tumanduk., SH., MM., MMin M.PdK (Direktur Eksekutif Conrad Supit Center) yang memoderatori Kuliah Umum Kepemimpinan (KUK) ke-15 Sekolah Tinggi Teologia Rahmat Emmanuel (STT-REM) pada Kamis siang pukul 09.00-11.45 WIB, 10 Januari 2019 di Ruang Kampus STT REM, Jalan Pelepah Kuning III Blok WE 2 Nomor 4 G-K (Kelapa Gading, Jakarta Utara). Marsekal TNI Yuyu Sutisna., SE., MM (Kepala Staf Angkatan Udara Tentara Nasional Indonesia Republik Indonesia (KSAU TNI RI) yang didapuk sebagai pembicara membawakan tema “Memimpin Tentara Langit” memang menampilkan kesederhanaan setidaknya sebuah bolpoin yang dipakainya saat memberikan materi. Panutan sebagai pemimpin terlihat ketegasaannya dalam berkata. Jati diri sebagai seorang manusia diutarakan ketika merefleksikan seorang penerbang yang menerbangkan pesawat hingga ketinggian 55.000 kaki.
“Suatu waktu, sebuah pesawat dibongkar hingga tak berbentuk pesawat. Saat itu, saya sempat berpikir, mungkinkah itu nanti bisa terbang? Namun, karena teknisi memang menguasai bidangnya, ternyata seluruh onderdil pesawat dapat terangkai dan benar-benar menjadi pesawat. Ketika selesai dan akan diterbangkan, sebagai senior saya ditunjuk untuk menguji sejauh mana kemampuan terbang pesawat tersebut. Ketika berada di ketinggian 55.000 kaki, pandangan saya arahkan ke bumi dan terlihat sebagai peta di atas kanvas atau kertas. Saya dapat melihat bumi itu bulat dan kecil sekali. Pengalaman ini sangat menyadarkan kepada diri saya, betapa kecilnya saya ketika dibandingkan dengan kemahakuasaan Tuhan semesta alam. Saya harus mawas diri. Tidak boleh sombong. Karena kita tidak apa-apa dibandingkan Tuhan,” jelas Marsekal TNI Yuyu Sutisna sebelum mengakhiri materi kuliah umum di sekolah religi Kristiani di bawah naungan GBI Rahmat Emanuel ini.
Pada kesempatan ini, pimpinan TNI Angkatan Udara ini menjelaskan berbagai aspek terkait tugas dan wewenang TNI AU di wilayah udara Republik Indonesia. Bagaimana menjaga kedaulatan negara agar tetap utuh selamanya, termasuk beberapa hambatan ketika suatu kegiatan penerbangan memerlukan ijin dari negara tetangga. “Sejak awal kemerdekaan, pengaturan lalu lintas udara Flight Information Region (FIR) di wilayah Natuna (Kepulauan Riau) dikontrol oleh Singapura. Sampai saat ini, kami masih berupaya agar FIR wilayah Kepri yang masih dikuasai tersebut, yakni ruang udara Batam, Tanjungpinang, Karimun hingga Natuna bisa diambil alih pada 2019,” jelasnya.
KSAU menambahkan, daerah-daerah di wilayah Kepri tersebut masuk dalam ruang udara Blok ABC. Dampak dari penguasaan FIR tersebut, kata KSAU, aktivitas penerbangan di Bandara Hang Nadim Batam maupun bandara yang masuk dalam Blok ABC harus menunggu pemberitahuan (izin) take-off clearance selain dari ATC Batam juga dari ATC Singapura. Untuk menunjang pengambilalihan FIR tersebut, TNI AU membangun sistem keamanan di Batam. Menurut Yuyu, ia tidak sekadar mengambil alih kendali wilayah (ruang udara Batam, Tanjungpinang dan Karimun hingga Natuna) tersebut, tetapi juga harus mampu menjamin keamanannya. Salah satunya menempatkan pesawat TNI AU dan membangun pangkalan untuk memantau situasi keamanan di ruang udara tersebut. Saat ini, pengambilalihan FIR sedang berproses yang diketuai oleh Menko Kemaritiman. Sesuai amanat UU Penerbangan No 1 Tahun 2009, FIR harus diambil alih dari Singapura pada tahun 2024.
Namun, Presiden memerintahkan agar pengambilalihan dipercepat yakni pada tahun 2019. Hal ini sesuai perintah Presiden RI melalui Instruksi Presiden pada 18 September 2015. “Semua tim sudah bergerak. Harapan kami agar pengambilalihan ini sesuai dengan rencana termasuk sebagian wilayah Pekanbaru dari tangan Singapura,” katanya.TNI AU akan membangun pangkalan kecil di Bandara Hang Nadim Batam. Tepatnya di sekitar ujung landasan Bandara Hang Nadim Batam.Rencananya, TNI AU akan menempatkan satu flight, yakni empat pesawat tempur di pangkalan tersebut. Adapun jenis pesawatnya, bisa saja Sukhoi, F16, T50, atau Hawk. Selain pesawat, TNI AU juga akan menempatkan satu komandan pangkalan untuk mengkoordinir kendali penerbangan di wilayah tersebut.Singapura mulai menguasai ruang udara di sejumlah wilayah di Kepri sejak tahun 1946. Saat itu Singapura berada di bawah jajahan Inggris.Sehingga, Singapura memiliki peralatan navigasi yang memadai untuk mengatur lalu lintas pesawat di Singapura, termasuk di Kepri. Saat ini Indonesia memiliki 2 FIR yakni FIR Jakarta dan FIR Ujungpandang.
Guyuran rintik hujan wilayah Jakarta sedari diri hari pun tidak menyurutkan Marsekal TNI Yuyu Sutisna untuk memberikan materi kuliah umumnya. Dipandu layar screen, penjelasannya semakin mudah dicermati oleh para mahasiswa-mahasiswi beserta berbagai kalangan termasuk pengusaha, pendidik, aktivis, dan wartawan. KSAU Marsekal TNI Yuyu Sutisna mengajak seluruh audience khususnya mahasiswa STT REM Jakarta menjadi generasi yang selalu mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif dan mampu menjawab berbagai tantangan bangsa. “Jadilah generasi yang selalu mengisi kemerdekaan dengan hal positif, mampu menjawab berbagai tantangan dan berwawasan dirgantara. Fokus pada kegiatan akademis serta jauhi narkoba dan pergaulan bebas. Pembangunan kekuatan TNI AU tidak hanya membangun alat utama sistem senjata (alutsista), namun juga mengintegrasikan alutsista dalam konsep Network Centric Warfare,” tandasnya.
KSAU juga menyampaikan karakter kepemimpinan TNI AU yaitu Tri Sakti Viratama yang meliputi aspek tanggap, tanggon, dan trengginas, yang bermakna prajurit yang memiliki kecerdasan, kepribadian yang baik serta fisik yang prima. Kehadirannya didampingi Kadispenau Marsma TNI Ir Novyan Samyoga dan Kadiskumau Marsma TNI Syahrudin Damanik SH MM juga menjelaskan peran TNI AU sebagai alat pertahanan negara di udara dan penegakan hukum serta menjaga keamanan di wilayah udara yurisdiksi nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi.
“Kita patut bersyukur memiliki negara Indonesia seluas 5.455.675 kilo meter persegi. Luas wilayah udara juga sebesar luas wilayah Indonesia yang terdiri daratan dan perairan atau lautan. Tidak mudah menjaga kedaulatan dan pertahanan udara, sehingga diperlukan kepemimpinan yang kuat serta memberikan keteladanan kepada generasi penerus bangsa,” demikian rilis disebar admin ‘Kuliah Umum dan Seminar’ media sosial WhatsApp.
Selain Ps. Abraham Conrad Supit (Pendiri Yayasan Conrad Supit Center) beserta istri dan Dr. Ariasa H Supit.,M.Si (Ketua STT REM), kuliah umum ini dihadiri sejumlah dosen. Dari kalangan luar tampak Capt Rusly Ibrahim ME juga berbaur dengan mereka. “Terima kasih kepada Bapak KSAU yang sudah bersedia memberikan materi kuliah umum. Kehadirannya saat Jakarta diguyur hujan menunjukkan desikasi yang sesungguhnya sebagai pemimpin yang perlu diteladani,” ucap Ariasa Supit dalam sambutannya.
Ini merupakan kuliah umum pertama di tahun 2019 dan ke-15 setelah Dr. Agus Gumiwang Kartasamita M.Si (Menteri Sosial) pada Kamis siang pukul 10.00-12.00 WIB, 6 Desember 2018 bertema “Kesejahteraan Sosial Rakyat”, Dr H Imam Nahrawi SAg MKP (Menteri Pemuda dan OLahraga) pada Rabu siang pukul 10.30-12.30 WIB, 14 November 2018 bertema “Raih Prestasi Kita”, Prof Dr dr Nila Djuwita Moeloek SpM (Menteri Kesehatan) pada Selasa malam pukul 18.30-20.30 WIB, 30 Oktober 2018 bertema “Rakyat Sehat Negara Kuat”, Laksamana Madya TNI Arie Soedewo SE MH (Kepala Badan Keamanan Laut) pada Kamis malam pukul 19.00-21.00 WIB, 18 Oktober 2018 bertema “Memimpin Dunia Maritim”. Prof. Dr. Muhadjir Effendy., MAP (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) pada Kamis, 27 September 2018 bertema “Masa Depan Pendidikan yang Relevan”, H Bambang Susatyo SE MBA (Ketua Dewan Perwakilan Rakyat/DPR) pada Jumat, 4 Mei 2018 bertema “Wajah Baru Wakil Rakyat”, Eko Putra Sandjojo BSEE MBA (Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi) pada Jumat malam, 6 April 2018 bertema “Percepat Pembangunan Desa”, Muhammad Hanif Dhakiri SAg MSi (Menteri Ketenagakerjaan) pada Jumat, 9 Maret 2018 bertema “Dunia Kerja Zaman Now”, Laksamana TNI Ade Supandi SE MAP (Kepala Staf Angkatan Laut/KSAL periode 31 Desember 2014–23 Mei 2018 ) pada Jumat, 2 Februari 2018 bertema “Millenials Leadership” (Kepemimpinan dalam Generasi Milenial), dan Prof Rhenald Kasali PhD (Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, penulis, pendiri Rumah Perubahan) yang bertema “Disruption—Menghadapi Lawan-Lawan Yang Tak Kelihatan” pada tanggal 8 Januari 2018.
Marsekal TNI Yuyu Sutisna SE MM (lahir di Cicalengka, Bandung, Jawa Barat, 10 Juni 1962) adalah perwira tinggi TNI AU yang kini menjabat Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU). Sebelumnya, ia menjabat Wakil KSAU, Panglima Komando Operasi Angkatan Udara I (berdasarkan Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/1074/Xll/2015 tanggal 18 Desember 2015) dan Panglima Kohanudnas. Ia dilantik menjadi Letnan Dua dari Akademi TNI Angkatan Udara (AAU) pada tahun 1986. Kariernya sebagai Penerbang Tempur F-5 Tiger hingga puncak jabatan sebagai Komandan Skadron Udara 14, diraih di Lanud Iswahyudi. Pada tahun 2001, Yuyu meraih Badge 2000 jam terbang dengan pesawat F-5 Tiger II.
Berdasarkan Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/207/IIl/2014 tanggal 21 Maret 2014 tentang pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan di lingkungan TNI, ia dimutasi dari jabatan Danlanud Iswahyudi menjadi Kas Koopsau I, Wakil Asisten Operasi Kasau, Staf Khussus Kasau, dan menjadi Pangkoopsau I.Time line jabatan; Perwira Penerbang Skadron Udara 14 Wing 3 Lanud Iswahjudi, Instruktur Penerbang Lanud Adi Sutjipto,Danflyght Ops “A” Skadud 14 Lanud Iswahjudi,Komandan Skadron Udara 14 Wing 3 Lanud Iswahjudi (2001–2003),Pabandya Ops Kas Kohanudnas,Atase Pertahanan RI di Washington DC (Amerika Serikat), Asops Kaskohanudnas (2010),Pangkosekhanudnas III Medan (2012), Danlanud Iswahyudi (2012–2014), Kas Koopsau II (2014), Waasops Kasau (2014–2015), Staf Khussus KSAU (2015–2016), Pangkoopsau I (2016–2017), Pangkohanudnas (2017), Wakasau (2017–sekarang), dan KSAU (2018–sekarang). (EpM)